Sometimes life doesn't go as we expect. But it never goes wrong, we just need to adjust.
Ya, harus sangat-sangat gw akui, hidup ini tidak selalu persis seperti yang kita impikan. Gw adalah anak pertama dari dua bersaudara, adek gw satu-satunya, cowok, entah kenapa selalu membuat gw merasa menang. Gw selalu mendapat apa yang gw butuh. Orang tua gw selalu mengusahakan fasilitas terbaik yang mereka bisa untuk kedua anaknya, sesuai kebutuhan gw, dan sebagian besar kebutuhan itu juga adalah keinginan gw.
bersama adek saat gw kelas 3 SD |
Sampai SMP kelas 3 gw belum pernah merasakan kegagalan. Persis belum pernah. Ya, gw selalu merasa menang, dan ini yang membuat ego gw tumbuh melejit. Selalu ranking 1 kelas, selalu masuk 2 besar ranking paralel sesekolahan, selalu jadi perwakilan sekolah untuk lomba dan hampir semuanya masuk 3 besar, aktif di sana-sini di banyak organisasi di sekolah. Sejak SD pun begitu. Enam tahun di rapor gw selalu bertengger manis angka 1. Gw tumbuh untuk menang.
Sejak gw balita, setiap kali ditanya "Mama pinternya kaya siapa?" gw selalu menjawab "Pak Babibi". Fyi, Mama adalah panggilan gw terhadap diri sendiri saat lidah belum lancar berucap, dan pak Babibi sejatinya adalah Pak Habibie yang sangat diidolakan nenek gw. "Mama mau jadi apa kalo udah besar?" dan gw selalu menjawab "Doktel!" which is sebenernya adalah dokter. Di keluarga gw belum ada yang berprofesi sebagai tenaga medis, dan di mata mereka, dokter adalah pekerjaan mulia. Bahkan Bapak selalu bilang, dokter itu pahalanya besar karena bikin orang termotivasi sehat lagi, bukan menyembuhkan tapi membantu sembuh.
Gw tumbuh dengan percaya diri, dengan semangat menang dan cenderung dominan kalau tidak mau dibilang memiliki ego tinggi.
Dan tidak semua yang gw inginkan bisa gw dapat. Kegagalan pertama gw
adalah tidak masuk Taruna Nusantara 2006. Ya, gw waktu itu ikut seleksi
jalur beasiswa dan gw gagal setelah 7 hari dikarantina untuk tes
kesehatan, psikotes, wawancara dsb. Pertama kali gw merasa gagal. Bahkan
sampai baju gw dicuciin Ibu selama seminggu sejak gw dinyatakan tidak
masuk. Fyi, sejak SD gw diharuskan mencuci baju sendiri kecuali seragam,
sampai SMP semua gw cuci sendiri. Aturan ini diperlakukan orang tua gw
untuk mendidik anaknya supaya tidak manja dan sadar kerjaan rumah. Dan
ya, tidak ada pembantu di rumah karena berbagai alasan. Momen baju gw
dicuciin satu minggu adalah momen ajaib, gw yakin waktu itu orang tua gw
sadar anaknya sedang terpuruk hahaha.
LCT Pramuka Kwarda Jateng 2005, we were the first!! |
menerima trophy kelulusan dengan peringkat sama persis dan skor sama persis dengan sahabat terbaik, Erma Novriawati |
Kegagalan
kedua gw adalah di Aksel. Setelah dinyatakan tidak masuk Tarnus, gw
memutuskan daftar kelas akselerasi SMA 1 Purworejo sebagai bentuk
aktualisasi diri. Gw tidak ingat ada alasan lain kala itu, selain atas
saran Pak Pardi, guru BK SMA 1 yang juga teman baik Bapak. Gw yang
terbiasa menang, selalu menjadi nomer 1, mendadak harus menjadi golongan
bawah.
Hidup berputar dan gw ada di masa sulit kala itu. Gw pernah mendapat nomer 18 dari ber-18 murid akselerasi.
Gw langganan remedial
untuk hampir semua pelajaran kecuali Bahasa Indonesia, English, Basa
Jawa, PKn, Sejarah dan ilmu-ilmu sosial lain. Gw adalah standar terendah
untuk Fisika karena memang entah kenapa gw berasa alergi Fisika sejak
kelas 1 SMA. Kimia, Matematika, Akuntansi, TIK adalah pelajaran yang
most hated. Biologi punya cerita sendiri, tapi lebih sering lolos
daripada remedial. Gw pernah sangat frustasi sampai takut kena DO dari
aksel dan harus ke kelas reguler berkaca pada nilai-nilai gw.
Memprihatinkan. Alhamdulillahnya, gw dikenal sebagai sosok yang ceria
dan membawa keceriaan sampai pernah ada sahabat aksel berkata "Kamu
kemaren ga masuk Ma, kangeeeenn!! Kelas sepi ga ada kamu." gw merasa
berharga dan diakui.
editan jaman baheula, udik banget editannya hahaha, dengan puisi yang dibacakan saat Buka Bersama Akselerasi Semua Generasi tahun 2009 |
Aksel Remidi-asi designed by Yusak Krisnanda Sihotang |
Kegagalan selanjutnya adalah ketika gw gagal masuk Kedokteran UGM atau Unair. Ini cita-cita mulia keluarga besar gw. Gw justru diterima di IT Telkom jurusan Sistem Informasi. Dulu gw sering remedial TIK, dan sama sekali tidak paham saat pembahasan bahasa Pascal. Dulu gw kira Sistem Informasi ini semacam Ilmu Komunikasi, dan ternyata berbeda 180 derajat! Gw masuk jurusan teknik walaupun labelnya tanpa teknik.
Mati-matian bertahan sejak semester satu, alhamdulillah IP belum memenuhi target, kurang nol koma sekian. Dan sekarang, di saat gw menghadapi TA, there are too many ups and downs. Dulu gw pikir TA sesederhana tugas besar hanya saja ini dikerjakan sendiri. Salah. Ini jauh lebih menantang. Remedial Pascal? sekarang gw harus coding dengan Java. Kurang menantang apa ini?
Memang tidak mudah karena hadiahnya adalah gelar ST dan wisuda. Seandainya mudah, cukuplah berhadiah sabun colek.
cerah ceria? |
Sampai saat ini, kegagalan demi kegagalan datang. Tapi ada kemenangan di balik itu semua. Kemenangan berupa perubahan. Gw tidak akan menjadi Rahma yang sekarang tanpa rentetan kegagalan itu. Gw lebih bisa mengalah sekarang, dan ini sesuatu yang wah buat gw. Kepribadian gw banyak berubah secara perlahan, dan gw lebih nyaman seperti ini, selain juga yang seperti ini lebih bisa diterima lingkungan daripada misalnya gw tidak berubah. Gw pribadi bahagia bisa melewati fase-fase sulit dan gw sampai sekarang selalu bangga bercerita, karena itu yang membantuk gw seperti sekarang ini. Dan gw yakin, kesulitan-kesulitan di depan masih banyak karena berhadiah besar, gw yakin gw bisa melewati fase-fase itu.
Di kala banyak orang menganggap kegagalan sebagai memori yang harus ditutup rapat karena pahit dikenang, gw berkebalikan.
Karena masalah itu datang untuk diselesaikan, bukan dihindari. Sadar tidak sadar, seringkali jalan aman untuk menghindar lebih banyak dipilih karena lebih mudah di awal. Tapi apa? kemenangan apa yang didapat? kepuasan apa yang didapat? Sesederhana TA, menghindar dengan berdiam di kosan terlihat lebih nyaman tapi kemudian apa? Hanya mau sabun colek? Dengan menyelesaikan tantangan dan masalah, kemampuan diri akan terasah dan menjadi lebih kuat, tanpa sadar. Makin banyak tantangan terselesaikan, berarti kemampuan diri kita ter-upgrade secara gratis.
Life goes, time ticks, people change and then forget. Semua sudah diskenariokan dengan sempurna untuk yang terbaik. Walaupun banyak hal tidak sesuai keinginan, bukan berarti hal itu salah, bukan berarti hidup berjalan tidak semestinya, bukan berarti harus ada yang disalahkan. Menyesal? penyesalan atas hal yang sudah terjadi tanpa diiringi tindakan nyata hanya dimiliki pecundang. Terdengar sarkastik? memang begitu adanya. Sebutlah gw menyesal atas keputusan masuk akselerasi, lalu apa? hanya menyesal lalu meratapi nasib sementara ketujuhbelas yang lain berlari? Gw hanya boleh menyesal gw pernah menjadi yang terakhir, lalu apa? lalu buktikan bahwa kegagalan masa lalu bisa membawa kesuksesan saat ini. Lalu buktikan dengan prestasi bahwa gw bukan orang yang patut dipandang kalah dengan sebelah mata. Paling sederhana contohnya, gw mencuri lalu gw menyesal. lalu apa? hanya menyesal? Gw seharusnya menyesal dengan meminta maaf pada yang gw curi, taubat, lalu berusaha tidak mengulangi lagi.
Satu lagi, berusaha tanpa berdoa sama saja mandi tanpa air. Berdoa tanpa berusaha sama saja menjerang air tanpa panas. Sinergikan keduanya. Cukup hebatkah kita untuk tidak meminta? Sesombong itukah kita untuk meminta pada Dia Yang Memiliki Segalanya?
Skenario terbaik sudah siap untuk setiap dari kita, kita hanya perlu mencari. Ketika ternyata skenario tidak sesuai ekspektasi kita, maka sesuaikan. Sesuaikan ekspektasi, rencanakan langkah pasti, ubah arah kemudi. Dan voila! Bersiap untuk kejutan terbaik-terbaik dari Yang Maha Pengatur Segalanya.
Wah, kok mirip2 cerita kita Ma?
ReplyDeletejangan-jangan nanti kita menghajikan sekelas? haha..
Ada 1 pelajaran berharga yang saya lihat dari masalah kita.
yakni, bahwa semua ini adalah sunnatullah, pasti terjadi kepada semua orang. Lalu Allah mengingatkan:
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu baik (menutut Allah) bagimu.
Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk(menurut Allah) bagimu.
Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.
(QS Al-Baqoroh 2:216)
Serasa membaca biografi seorang Rahma. Hebat lho bisa masuk aksel, sebontot2nya peringkat yah tetap aksel kan?
ReplyDeleteSemua orang pasti punya cerita gagal, namun yang menjadi pertanyaan adalah apa yang dilakukan saat kita gagal. Apakah menyerah dan berhenti, atau bangun dan maju. If you are a quitter then a failure will remain failure. But if you use a failure momentum as a moment for you to gain energy to bounce back, then you could be a winner.
Like this post, Rahma
ckckck,, keren2. bener2 ky biografi. lengkap dengan foto2ny. cukup memotivasi :D
ReplyDeletewah pinter ya sejak kecil. salut salut
ReplyDelete"Memang tidak mudah karena hadiahnya adalah gelar ST dan wisuda. Seandainya mudah, cukuplah berhadiah sabun colek."
ReplyDeleteSabun coleknya itu loh point pentingnya.
: )
ini momenny pas ma, aku skrg sedang merasa 'gagal'. bukan hanya akademik, tapi ada bbrpa hal yg kurasa aku ga bisa maksimal. aishh, pas baca ini, jadi semangat lah, hehehe.. nice posting! :D
ReplyDeletepostingan inspiratif.. saya merasa kegegalan apapaun membauat saya klebih maju dan berkembang, dengan syarat.... kita terus maju dan bangkit...
ReplyDeletesalam bahagia dan follow juga ya
Revolusi galau
membacanya seperti sedang membaca biografi orang hebat :). InsyAllah
ReplyDeletekeep on fighting till the end !
kenal abdul aziz gak ya di ITT ==" Sahabat sy dr makassar :D
eh jangan-jangan lo temen sekelasnya temen sekantor gue. haha
ReplyDeleteyap, kisah gue juga agak mirip-mirp gitu. gue mulai ngerasain kegagalan sejak masuk SMA. sejak itu gue mulai berusaha buat bangkit. :D
sekarang gelarny S.SI :D
ReplyDelete