Telepon ba’da Maghrib itu terdengar biasa sampai Ibu
bercerita. Hari itu, Sabtu 23 Juni 2012. Ngga, tentu Ibu bukan ngebahas
Westlife yang ngadain farewell concert hari itu, ini sesuatu yang lebih
penting.
“Ma.. tadi Ibu ambil rapot adek. *sigh”
“Oiya Bu? Trus?”
“Lhaa.. adekmu masuk IPS je.” Kami terdiam beberapa saat. “Jadi yang daftar IPS cuma 20 orang, butuhnya kan ada dua kelas, 64 orang, jadi yang 44 diambil dari yang sebenernya masuk IPA.”
“Ibu, gelo Bu?” (gelo dalam bahasa Jawa berarti semacam kecewa, ya, begitulah kurang lebih)
“Yaa tadinya ya gelo, tapi sekarang udah engga. Adek juga pas tau masuk IPS cuma diem trus tadi Ibu ngobrol-ngobrol banyak, sekarang udah biasa lagi. Yaudah lah, mau gimana lagi, udah ngga bisa ditawar mau ke IPA. Lha wong Hakim juga belajarnya ngga kenceng kok, tiap hari basket sama ngeband kerjaannya, pulang udah capek.”
“Oiya Bu? Trus?”
“Lhaa.. adekmu masuk IPS je.” Kami terdiam beberapa saat. “Jadi yang daftar IPS cuma 20 orang, butuhnya kan ada dua kelas, 64 orang, jadi yang 44 diambil dari yang sebenernya masuk IPA.”
“Ibu, gelo Bu?” (gelo dalam bahasa Jawa berarti semacam kecewa, ya, begitulah kurang lebih)
“Yaa tadinya ya gelo, tapi sekarang udah engga. Adek juga pas tau masuk IPS cuma diem trus tadi Ibu ngobrol-ngobrol banyak, sekarang udah biasa lagi. Yaudah lah, mau gimana lagi, udah ngga bisa ditawar mau ke IPA. Lha wong Hakim juga belajarnya ngga kenceng kok, tiap hari basket sama ngeband kerjaannya, pulang udah capek.”
Lalu kami berdiskusi tentang peluang-peluang sukses dari
jurusan IPS. Ibu tau IPA atau IPS seharusnya ngga mempengaruhi kesuksesan
karena toh jalan sukses itu lebar. Tapi.. yang membuat beliau kecewa adalah,
Adek ngga jadi kuliah kedokteran berarti.
Ya, Bapak dan Ibu sangat pengen anaknya ada yang jadi
dokter. Setelah gw gagal karena juga salah strategi, sekarang adek gw malah
masuk IPS. Dan refleks jawaban gw adalah “Hahaha yaudah Bu, nanti cucu Ibu aja
yang jadi dokter ya.” Jawaban sekenanya buat memecah tawa, and yes, she laughed
at my words.
Kenapa dokter? Bapak dulu selalu bilang, jadi dokter itu
mulia sekali tugasnya, jadi perantara untuk mengembalikan kesehatan
orang-orang, bisa jadi volunteer kemana-mana kalo ada bencana, dan kalo Bapak
atau Ibu sakit ngga usah repot ke dokter karena ada anaknya sendiri. Yang
paling simple, cek tensi atau konsultasi pola makan misalnya.
He gets something I once dreamed of.
Dulu, tiap kali nerima hasil ulangan dengan nilai di bawah
80 which is harus remed, gw sama Mumun sering bilang “Mun, kita bikin aksel IPS
aja yok! Berdua doang ntar muridnya hahaha. Apaan nih Fisika Kimia Matik
semuanya remed *sigh” tapi ngga mungkin karena ber-18 itu ngga bisa dipecah
jadi kelas IPS. Sekarang justru gw di Sistem Informasi IT Telkom dan Mumun di
Teknik Elektro UGM.
Something just goes as it is, not as we always want it to be. After all, Allah knows best more than we could learn and imagine.
Seperti prinsip yang gw pegang sejak lama bahwa ngga boleh
ada penyesalan di akhir, penyesalan harus diantisipasi di awal. Maka gw juga
menyiapkan berbagai strategi supaya ngga ada setitik pun penyesalan, and I want
you to prepare yours, little bro. Antisipasi penyesalan dengan mencoba yang
bisa dicoba, mengambil peluang yang ada dan melakukan semaksimal yang gw bisa.
Maka ketika ternyata hasilnya ngga sesuai ekspektasi, itu bukan sesuatu untuk
gw sesali tapi sesuatu yang gw sadari lebih baik dari yang gw ekspektasikan.
Sekali lagi, Allah knows best more than we could learn and imagine.
Dan buat kamu, my one and my only brother, this is the path
you should struggle for. IPA ngga selalu lebih baik dari IPS. Dan untuk sukses,
untuk bermanfaat, untuk jadi volunteer, untuk bikin Bapak Ibu seneng, untuk
membantu menjaga kesehatan mereka, ngga cuman dokter yang bisa. Jadi apapun
kamu nanti, kamu bisa. Bapak kita, orang hebat yang sangat kita kagumi pun
dulunya IPS. Cari, gali apa yang paling kamu suka dari IPS, mantapkan itu
sebagai masa depanmu. Jalan sukses itu lebar, dek.
Do things you really love, then you will never have to work all your life.
Ketika kamu memilih hal yang paling kamu suka sebagai
sesuatu yang kamu kejar untuk karir, kamu ngga akan ngerasa bekerja, tapi
ngerasa selalu main-main.
*a tight hug for you, my one and my only brother <3
well.. adik saya juga masuk IPS, tapi itu 3 tahun yang lalu.. ya mungkin memang takdir.. pengen sekali membawa sebatang pesawat (dan tentu harus IPA)..
ReplyDeletesekarang malah hobi sama akuntansi.. :D