“Gempa, Ma, gempa! Metu ndang ayoo!!” Bapak teriak saat gw
sedang setrika seragam SMP. 26 Mei 2006, 05.46, sekitar menit itu. Dengan
tergopoh-gopoh di luar kami semua gandengan, ngelihat rumah dan mobil
bergoyang, motor roboh saling timpa, dan beberapa pohon tumbang. Usulan lari ke
sawah depan rumah langsung ditolak bapak dengan alasan yang nggak gw pahami
sampe sekarang.
Gempa Jogja 26 Mei 2006.
Hari itu hari Sabtu dan gw bukan mau ke sekolah, tapi mau
mendaftar sekolah yang sejak lama gw idam-idamkan. Bukan sekolah biasa.
Pendaftarannya pun jauh sebelum pendaftaran SMA negeri umumnya, dan walaupun
swasta, prestasinya tak lagi harus dipertanyakan. Itu adalah SMA yang gw pengen
sejak SD! Karena berbagai pertimbangan, gw pede daftar di jalur beasiswa, dan gw
lolos seleksi akademis, how lucky I was! Berbekal pede yang nggak lagi gw pahami
sebesar apa saking pedenya, gw datang untuk psikotest, tes kesehatan &
wawancara selama seminggu.
Fruitful week! A week that will never ever forgotten.
Karena seminggu itu, gw pertama kali kenal dengan sebanyak
itu orang super multietnis. Karena seminggu itu, gw disadarkan untuk lebih
hati-hati karena rumput tetangga memang tampak lebih hijau daripada halaman
sendiri. Karena seminggu itu, gw sempat bangga karena waktu gw jadi ketua
kelompok, kelompok gw selalu paling on time dan gw dipuji banyak orang atas
sedikit prestasi kelompok gw. Karena seminggu itu, gw sadar bahwa yang membuat
sakit adalah persepsi karena ternyata disuntik nggak sesakit yang gw bayangkan.
Karena seminggu itu, kepercayaan diri gw melejit. Karena seminggu itu, gw kenal
dengan manusia special yang dua tahun kemudian kaya mimi dan mintuna, Ratih
Chandra Pertiwi. Karena seminggu itu.. terlalu banyak hal terjadi selama seminggu itu.
Rangkaian tes seminggu itu membuahkan hasil yang cukup pahit, gw ngga diterima. Berusaha nggak nangis pun percuma karena air mata ngalir tanpa bisa gw kendalikan. Kenapa gw nggak lolos? Kenapa harus gw yang pulang? Padahal gw yakin udah maksimal di semua tes, dan gw yakin hasilnya bagus. Yah, pasti ada pertimbangan lain dari panitia seleksi calon siswa waktu itu. Lalu sepanjang Magelang-Purworejo, gw diem aja dengan air mata yang nggak lagi bisa gw bendung.
Tawa pertama gw hari itu, Sabtu 2 Juni 2006, adalah saat tiga sahabat gila Triomaki dateng ke rumah. There you made my first smile, bestfriends!
Triomaki, 6 tahun yang lalu |
28 Mei 2012, IT Telkom, Bandung.
Jika waktu itu gw diterima, mungkin gw nggak disini. Kalau
aja waktu itu gw lolos beasiswa, pastilah nggak ada cerita akselerasi perdana
SMA 1 Purworejo, sejarah jilbab rambut batok, ranking 18 dari 18, cerita cedera lutut pas ulangtahun ke-16,
dan nggak ada cerita-cerita bittersweet IT Telkom. Kalau gw diterima, mungkin sekarang
gw ada di suatu tempat kamar kosan deket kampus, ngerjain tugas sebagai
angkatan 2009, atau belajar buat UAS, bukannya galau Tugas Akhir yang mengharuskan gw coding pake Java sedangkan gw ngga doyan coding sama sekali sebenernya.
sepotong cerita SMA |
Scenario Allah selalu indah, gw sadari atau enggak.
Bebeapa bulan yang lalu, salah satu teman baik gw, Aldi, yang sangat doyan ngomong, menceritakan kisah ibu paus dan anak paus. Si anak paus, kita sebut sebagai SIAP dan sang ibu paus, kita sebut sebagai SAIP. SIAP adalah bayi paus yang baru saja lahir, dan dia sedang belajar bagaimana berenang dengan benar. Tiap hari SIAP belajar dengan pantang menyerah, sampe tiap hari dia nabrak karang yang menyebabkan kepalanya benjol-benjol, tapi si anak tetap mencoba belajar lagi, nabrak lagi benjol lagi teruus sampe jidat paus serupa jidat lohan. Melihat kejadian itu berulang, SAIP nggak tega kemudian dia pasang posisi di depan karang. Ketika SIAP nabrak, dia akan menabrak badan ibunya yang empuk dan terpental tanpa harus benjol. Sang ibu melakukan ini karena dia sayang sama anaknya, dan dia tahu sesuatu yang anaknya nggak tau yaitu karang yang tiap hari ditabrak dan bikin benjol.
Ibu paus sayang sama paus. Allah Maha Penyayang, dan Dia mengetahui segala hal yang nggak kita ketahui. Allah membelokkan usaha kita karena Dia tahu ada hal lain yang lebih baik dari apa yang kita tahu.
Sekarang, IT Telkom udah ngasih gw masa depan, teman-teman kesayangan yang tak tergantikan, dan banyak pelajaran baru yang akan berguna buat tiap detik kehidupan gw setelah ini.
GW MAHASISWA IT TELKOM, DAN GW BANGGA! :D
kak rahmaaaaaa??? baru ngeh kalo kakak dulu daftar di sekolah sya...cup.cup.cup :)
ReplyDeletetapi ujung2nya juga ketemu saya kok, hehehe :D
Yep, the good part is that you learn your lesson. See the answer of a prayer sometimes comes later in an unpredicted way
ReplyDeletewoaaah.. aq inget ini.
ReplyDeletekita ngobrol macem2 waktu tes kesehatan.
sama2 nunggu waktu tes mata n telinga.
hehehehehehehehehe
Aaah intaaaan aku baru buka blog. kita kan satu kamar kan kan kan eh apa sebelahan ya hehe, I adore you that much that time hihi.
ReplyDelete