R: Kenapa ya petugas-petugas public service banyak yang jutek?
M: Uhm, ketemu banyak orang tiap hari yang gitu-gitu aja mungkin.
R: Ooh, bosen kali ya.
M: Bisa jadi.
R: Tapi mbak-mbak kasir Carrefour atau Griya tiap hari ketemu orang banyak yang kegiatannya gitu-gitu aja tetep ramah. Tukang jualan juga ramah, padahal tiap hari ketemunya orang beli, banyak yang rewel juga pasti.
M: Karena kalo ngga ramah, pengaruhnya langsung ke pendapatan mereka.
Nah! This is the point!
Gw baru aja dari kantor imigrasi Bandung, dan mas-mas
petugasnya sangat sangat nggak ramah. Haruskah gw ulangi dengan penekanan lagi?
Masnya sangat ngga ramah. Titik. </3 Padahal, tadi kasusnya gw ngasih berkas dengan
format yang ternyata salah lalu mas-mas petugasnya ngasih tahu yang bener kaya
apa. Tapi, hello, can’t you just speak well-manneredly? Disampaikan dengan nada
rendah, sedikit senyum dan ramah akan jauuuh lebih menyenangkan. Toh informasi
yang disampaikan juga sama kan? Berdasarkan yang pernah gw baca juga,
penyampaian mempengaruhi penangkapan lawan bicara. Dengan cara yang lebih baik,
lawan bicara bisa menangkap maksud kita dengan lebih baik pula.
Herannya, ngga cuma petugas di kantor imigrasi. Beberapa petugas
di kampus juga sama aja, juteknya ampun-ampunan. Serasa kita yang butuh mereka,
jadi mau dijutekin atau diramahin kita tetep dateng buat minta tolong. Maka jutek
pun jadi pilihan. Pernah ngerasain pengalaman serupa? Well, I guess I am not
alone.
Benarkah karena rutinitas? Bosen sama kerjaan yang gitu-gitu
aja? Atau bosen ngadepin banyak orang yang meminta pertolongan yang sama? Kalo boleh
ngomong dengan bahasa jutek juga, itu kan kerjaan yang kalian pilih. Ya jalani
dong dengan senang hati. Perkara customer yang minta dilayani banyak, ya itu
udah risiko dari kerjaan yang dipilih. Kalo ngga mau ketemu banyak orang atau
ngelayanin orang tiap hari dengan kegiatan yang sama, pilih dong kerjaan yang
beda yang ngga berinteraksi sama orang. *tarik nafas* :/
Bicara soal rutinitas, kaya isi percakapan gw tepat setelah
keluar pintu kantor imigrasi tadi pagi, mbak-mbak Carrefour atau Griya tetep
bisa ramah tuh walaupun tiap hari ketemu banyak orang yang semuanya mau bayar,
atau rewel nanya barang ini dimana itu dimana, minta cariin barang dsb. I wonder
why public service officers do not doing the same 8|
Oh, mungkin karena petugas counter bisa langsung kena
teguran yang pengaruh ke gaji mereka kalo ada customer complain kali ya. Gw ngga
tahu persis juga gimana sistem yang mereka terapkan, SOP yang mereka pakai,
atau doktrin yang mereka tanamkan ke pegawai baru. Tapi kalo bener complain
dari customer pengaruh ke gaji, ini bener-bener sistem yang hebat! Di Griya, di
tiap meja kasir ada kotak kecil kaya kotak amal masjid yang di depannya
disediain tiga jenis kartu, warna merah kuning dan hijau, masing-masing
mewakili good, so-so dan bad atas pelayanan kasir. Kita boleh masukin kartu apa
aja tergantung kesan kita terhadap performa kasir. Kalo emang sistem kartu itu
difollow-up ke penggajian, gw salut banget sama Griya!!
Ngga bisakah public service officers memakai sistem serupa?
Dengan memakain sistem kartu kesan dari customer (well, that
the simplest way that I could think right now), performa petugas dalam melayani
masyarakat bisa dievaluasi. Memang, masyarakat yang butuh layanan petugas, tapi
bukankah udah jadi tanggung jawab petugas untuk melayani masyarakat dengan
baik?
Bukan ngelunjak, bukan. Gw hanya satu dari sekian banyak
orang yang pernah dibikin kesel sama petugas serupa, gw yakin gw ngga sendiri. Dan
gw juga ngga minta hal aneh-aneh sama petugasnya ko, cuma nanya yang perlu gw
tanyakan dan gw urus.
Tolong, dengan segenap rasa hormat sebagai masyarakat yang
membutuhkan layanan public service officers, Pak Bu Mas dan Mbak, layani customer
sebagaimana mestinya. Saya percaya, sesimpul senyum dan penurunan nada bicara bisa
mengubah persepsi <3
Dari Rahma Djati, untuk performa petugas layanan public Indonesia
yang lebih baik! :)
i do agree ma,even though im going to be one of them, but i promise to my self to do my job the best i can do. I know citizens have paid me, it means that i've to do something good for them.
ReplyDeleteIya bener,most of them jutek karena rutinitas yang tak kunjung selesai,sangat membosankan kalo aku bilang,dan kurasakan. Bedanya sama pegawai carfur jelas karena attitude mereka akan ngaruh ke penghasilan, sedangkan public service officers (yg utk selanjutnya kusebut civil servants) itu sendiri penghasilannya tetap. Itu yang bikin mereka ga ada keinginan to do something more than what they should do. Emang ga ada di SOP ma kalo service mesti pake senyum.hahaha
mungkin kalo aku jadi bagian kepatuhan internalnya,aku kasih saran perbaikan ke SOPnya utk menambahkan "senyum" :D
pesan diterima. mewakili petugas layanan publik Indonesia, saya mengucapkan terima kasih atas masukkannya. :e
ReplyDeletewah seneng aku baca komen kalian, Marissa & Mamat (nggapapa kan yaa Rahmat jadi Mamat ;) hihi)
ReplyDeleteayo ayo do the very best buat masyarakat dan Indonesia! :d
semoga civil servants bisa jauh lebih baik dalam melayani masyarakat ya Sa, walaupun bagus enggaknya kerja ngga pengaruh ke gaji mereka :)
Mungkin sistem juga yah yang bikin mereka seperti itu. Di Carrefour atau pun tempat komersial lainnya, karyawan yang dilaporkan ga ramah bisa saja langsung dipecat karena komplain pelanggan bisa menjadi bumerang bagi mas-mas dan mbak-mbak yang bekerja di sektor komersial.
ReplyDeleteSementara, di pemerintahan, staf staf nya kan banyak yang sudah berstatus PNS dan untuk memberhentikan PNS, komplain masyarakat atau pelanggan saja belum cukup untuk membuat mereka dikeluarkan dari kantor. Jika saja ada mekanisme sangsi di pemerintahan atau di kampus terkait komplain pelanggan, saya yakin staf staf yang tadinya jutek bisa berubah jadi ramah.
namanya petugas imigrasi emang gitu....
ReplyDeletesuka ketus orangnya.
tapi kemaren waktu ngurus perpanjangan paspor, aku tuh udah siap siap ditanyain macem macem loh
ternyata hari itu cukup menyenangkan, bertemu petugas yang gak banyak omong, meskipun gak banyak senyum pula.
Dija belom pernah ketemu petugas imigrasi, Tante...
ReplyDeletentar aja kalo mau ngurus paspor
its just their nature, our nature. life like a soul-less human when we reach our limit. a stress limit
ReplyDeletejangankan petugas imigrasi mbak? Petugas Depag saja angkuhnya minta ampyuuun. padahal departemen yang mewakili agama lho? Tak habis pikir saya...salam kenal ya?
ReplyDelete