Sabtu, 23 Februari 2013
Selamat pagi, hari dan hati yang cerah! Sabtu selalu membawa
kesenangan dan ketengan tersendiri buat gw. Dengan excitement yang ada di
puncak karena berhasil melewati satu lagi weekdays dan menyambut weekend. Pagi itu
gw udah nulis sederet judul buku yang harus gw dapetin, agenda akhir pekan di
akhir bulan. Unfortunately semua judul buku yang ada di daftar gw ternyata ngga
ada. Nihil.
# # #
Siang itu matahari terik, tapi belum pernah gw ngerasain
keteduhan seteduh ini. Gw ada di Masjid Nabawi, masjid dimana terdapat makam
manusia termulia yang jadi teladan seluruh muslim seluruh dunia sejak dulu
sampai nanti bumi dihancurkan. Keringat gw dingin. Sedekat ini gw dengan
beliau, Rasulullah Muhammad Saw, orang paling berpengaruh nomer satu sedunia. Ibu
ada di dalam, gw ada di depan pintu. Belum berani melangkah masuk. Gw masih
beradaptasi dengan kebahagiaan ini. Gw berusaha mencerna kebahagiaan ini
pelan-pelan. Gw ngga mau tersedak, gw menikmati setiap perasaan aneh, takjub
dan sukacita ini pelan-pelan.
Lalu Ibu masuk ke Raudah, satu-satunya taman surga yang ada
di bumi, salah satu tempat paling mustajab buat berdoa. Gw masih di depan pintu
dan bahkan ngga punya kekuatan untuk masuk. Ibu lalu berdoa dengan khusyuk. Gw masih
di depan pintu.
Rahma: Bu, aku semalem mimpi ke masjid Nabawi. Ada Ibu juga.
Tapi aku ngga masuk bu, di depan pintu aja huhuks.
Ibu: InsyaAllah Nduk, putra putri Ibu bisa segera ke tanah
suci, Ibu doain.
# # #
Mimpi berdiri di pintu Masjid Nabawi masih berbayang. Seorang teman pernah bilang, mimpi bisa jadi sesuatu yang kita pikirkan sebelum tidur, atau bisa juga sesuatu yang pengen kita dapatkan. Tapi malam itu, gw sama sekali ngga berpikir apa-apa tentang tanah suci. Atau mungkin, mimpi ini yang memberi pertanda bahwa gw harus segera menginginkan pergi ke tanah suci?
Setelah
tahu semua judul buku yang gw cari ngga ada, gw beralih ke kategori Islam,
bagian buku-buku haji. Bukan, bukan buku tuntunan atau panduan haji yang gw
cari. Gw butuh sesuatu yang bersifat personal, pengalaman haji, novel tentang
haji, perjuangan sampai akhirnya bisa naik haji, dan gejolak batin selama di
tanah suci. Pilihan jatuh pada dua tulisan Oki Setiana Dewi, Melukis Pelangi
dan Cahaya di Atas Cahaya; dan novel terjemahan tahun 2003 yang ditulis mualaf
Amerika tentang pengalaman spiritualnya beralih dari Yahudi menjadi Islam, lalu
diasingkan keluarga dan lingkungannya sampai akhirnya perjalanannya ke Maroko
dan berakhir di Makkah dan Madinah, judulnya Haji.
Pilihan itu bukan tanpa alasan. Kenyataannya, membaca
bagian-bagian tertentu bener-bener sukses bikin mata gw bengkak. Langsung gw
ganti wallpaper Delia (laptop gw) dan Sonia (hape gw) dengan gambar Ka’bah,
menggantikan foto gw dan ade gw di Sonia dan foto SC PDKT 2012 di Delia. Kalau biasanya
lihat foto atau gambar Ka’bah, Masjidil Haram atau Masjid Nabawi itu rasanya
biasa aja, kali itu, tiap lihat, rasanya sungguh berbeda. Berlama-lama dilihat
pun ngga bosen sama sekali, lebih ngga bosen dibanding lihat foto muka sendiri
:P
Seperti ini yang rasanya rindu, yang bahkan gw belum pernah “bertemu”
tapi keinginan untuk menyapa begitu besarnya. Dan teringat, beruntungnya Mbah
Kakung (kakek) gw yang meninggal di Makkah tepat setelah rukun haji-nya tuntas
tertunaikan.
Nafas ini gw ngga tahu kapan akan terhenti. Dan semoga
sampai saat itu tiba, gw bisa menunaikan rukun Islam ke-5.
Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah,
Aku penuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu,
Aku penuhi panggilan-Mu.
Sesungguhnya segala puji dan segala kenikmatan, dan kekuatan
hanyalah milik-Mu.
Teruslah bermimpi. Karena mimpi merupakan akumulasi keinginan yg terus menerus dipikirkan.
ReplyDeleteTeruslah bermimpi. Hingga kelak suatu saat mimpi tersebut 'kan terwujudkan.
siip.. keren
ReplyDeleteaamiin :) be positive thinking aja sama Alloh SWT.. saya juga kepengen ke sana..kalo pake hitung2an ekonomi manusia mah ga nyampe diakal tuh..tapi ya itu positive thinking sama optimis saja sambil bdoa spya dikasih umur dan kesehatan :)
ReplyDelete