Di pojok toko baju, aku menatap bunda dengan pandangan
memelas. Dalam hati aku bergumam semoga bunda memberiku ijin membeli baju ini. Sayang,
bunda hanya menatap dengan datar. Aku terus bergumam, sekarang gumaman ini
berubah menjadi teriakan kecil. Ayo bunda
aku beli yang ini aja ya boleh ya. Sambil tersenyum hangat, bunda mengusap
kepalaku dan berkata bahwa beliau akan memilihkanku baju yang lebih bagus dan
lebih cocok.
Aku tertunduk lesu.
“Nak, kamu pengin banget baju itu?” Aku hanya mengangguk,
penuh harap tapi ragu-ragu. Bagaimana caranya menjelaskan pada sosok yang tak
pernah sekalipun sengaja membiarkanku bersedih ini bahwa baju yang saat ini kupegang
adalah baju yang kupilih. “Pengin banget ya?” Jawabanku masih sama, aku
mengangguk.
“Kalau yang ini aja mau nggak? Ini sama bagusnya, tapi lebih
cocok buat kamu. Bahannya sama, warnanya sama, tapi modelnya lebih cocok, lebih
sopan dan nggak ketat kaya yang kamu pegang itu. Bukan nak, bukan soal harga. Toh
yang bunda pilih lebih mahal.”
Duh bagaimana ini, aku bingung. Aku tahu, tak pernah
sekalipun bunda ingin anaknya ini celaka, atau sengaja memilihkan sesuatu yang
buruk untuk putri semata wayangnya ini. Tapi…. Bagaimana pula aku harus
menjelaskan aku sangat menyukai celana berwarna biru tua itu. Di toko ini, tak
ada pakaian yang boleh dicoba pula, jadi aku hanya bisa membayangkan aku
memakai celana biru tua pilihanku dan rok berenda berwarna biru tua pilihan
bunda. Tidak biasanya aku sepenuhpertimbangan ini, tapi pilihan ini akan
kupakai di hari yang sangat penting, wisuda S2 ayah, dan aku harus tampil
dengan penampilan terbaik. Bunda pun memilih bukan tanpa pertimbangan, beliau
pasti melihat bayangan terbaik pada putrinya ini dengan rok berenda berwarna
biru tua.
Aku masih bingung. Aku hanya terdiam di depan kaca, tak
memegang keduanya. Kubiarkan keduanya tergantung di closet toko sehingga
keduanya ada pada jarak pandangku. Wisuda ayah tiga hari lagi, aku tak punya
banyak waktu. Dan aku masih berpikir mana yang akan kupilih, celana kesukaanku
atau rok anggun pilihan bunda. Senja merayap, dan aku masih belum tahu mana yang akan kubawa pulang.
***
Tak ada orangtua yang menginginkan anaknya celaka. Semua orangtua
ingin melihat anaknya bahagia. Betapa sempurnanya ketika setiap pilihan anak
tak berbenturan dengan pilihan orangtua, sesepele celana atau rok sekalipun. Dan
ketika pilihan keduanya berbenturan, saat itulah sang anak diuji dengan
kebijaksanaannya menentukan pilihan, sesepele rok atau celana sekalipun.
p.s. Why is it always too hard to put an appropriate tittle for this such writing gaaahhh
Nice share kak,
ReplyDeleteIMHO malah senenglah kalau ada momen anak sama orangtua berbenturan jadi kita seiyanya ada pilihan. Udah tercetak jelas pilihannya apa saja. Ah, atau mungkin aku aja sih yang keseringan dibebaskan malah jadinya krn terlalu banyak pilihan yang menarik aku jadi bingung, dan pas nanya2 pasti dijawab "terserah" hahaha...
:mj
sebuah DILEMA ya mbak? tapi saya pribadi kalo dihadapkan dalam situasi sejenis, insya Alloh bakal nurut sama ortu, meskipun bertentangan dgn hati kecil, karna hakikatnya ridho Alloh Ridho Orangtua, pilihan orang tua, pilihan Alloh :) naif ya? but thats my shallow opinion :)
ReplyDelete