Seindah apa pun huruf terukir, dapatkah ia bermakna jika tak ada jeda? Dapatkah ia dimengerti jika tak ada spasi?
Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling menyayang bila ada ruang? Kasih sayang akan membawa dua orang semakin berdekatan, tapi ia tak ingin mencekik, jadi ulurlah tali itu.
Napas akan melega dengan sepasang paru-paru yang tak dibagi. Darah mengalir deras dengan jantung yang tidak dipakai dua kali. Jiwa tidaklah dibelah, tapi bersua dengan jiwa lain yang searah. Jadi jangan lumpuhkan aku dengan mengatasnamakan kasih sayang.
Mari berkelana dengan rapat, tapi tak dibebat. Janganlah saling membendung apabila tak ingin tersandung.
Pegang tanganku, tapi jangan terlalu erat, karena aku ingin seiring dan bukan digiring.
Salah satu prosa favorit sepanjang masa.
Ada kalanya manusia tak perlu berbicara pada orang lain, karena ia hanya perlu berbicara dengan dirinya sendiri, dengan rasanya sendiri. Dan lewat Filosofi Kopi, banyak cerita atas rasa yang sukses menjadi refleksi.
Pernah baca juga, tapi udah lupa ini pas cerita apa? :O
ReplyDelete