Satu doa yang paling gw inget selama gw ngerjain TA, “Ya
Allah kuatkan, kuatkan, kuatkan.”
Berkesibukan di bagian pengembangan karir kampus, selain
masih ngajar, bikin mata gw terbuka lebih lebar. Belakangan ini aturan pindah
prodi diperbolehkan, dan banyak mahasiswa yang dateng ke CDC pengin pindah
prodi. Keluhannya rata-rata sama, ngga suka atau ngga kuat sama
hitung-hitungan. Ah, adek-adek itu mengingatkan gw pada dilemma gw di
pertengahan kuliah. Masa TPB Alhamdulillah bisa dilalui dengan sangat lancar
karena isinya ngga jauh beda sama pelajaran SMA. Masalah mulai timbul masuk
semester 3, mata kuliah-mata kuliah khas Sistem Informasi memenuhi daftar KSM. Susah?
Bohong kalau gw bilang engga. Tapi saat itu sama sekali ngga terbersit untuk
pindah kuliah karena setiap telepon Bapak selalu bilang “Pasti bisa. Putri
Bapak pasti bisa, kamu kan pinter, hebat. Yakin saja pasti bisa.”
kalimat-kalimat positif semacam ini ngga pernah gagal membangkitkan percaya
diri.
Sombong nggak?
Ngga pernah terbersit sama sekali ini adalah bentuk
kesombongan. Gw percaya, pada dasarnya manusia butuh diapresiasi, minimal oleh
diri sendiri. Jangan pelit memuji diri sendiri, tapi juga jangan kelewat pede.
Di awal-awal kuliah gw inget sering bergumam “karena aku hebat dan Allahku paling
hebat, maka kali ini pasti bisa” Ah sama kok dengan fenomena wanita dan kaca.
Kenapa wanita suka berkaca? Ngga cuman di cermin tapi juga di spion, kaca
mobil, kaca mobil orang di parkiran, bahkan ada yang berkaca di sendok
(harusnya namanya bersendok ya bukan berkaca). Kenapa? Karena wanita merasa
cantik. Dia suka melihat pantulan dirinya dalam bentuk yang indah. Coba aja
kalo lagi jelek pasti males ngaca, kalaupun ngaca pasti tujuannya buat
memperbaiki biar ngga jelek-jelek amat :p
Nah balik ke pengaruh positif. Memang ngaruh banget apa yang
sering kita dengar dalam pembentukan pola pikir dan karakter. Gw inget banget
pas ikut seminarnya Yoris Sebastian, dia bilang kalo dia nggak pernah nyesel
kuliah akuntansi walaupun ngga sampe lulus dan sekarang bekerja di industri
kreatif, bukannya mendalami akuntansi. Well, kuliah bukan hanya soal pekerjaan.
Kuliah juga soal pembentukan pola pikir (dan tentu saja relasi). Saat menjadi
wirausahawan di bidang industri kreatif, pola pikir akuntansi ternyata sangat
kepake. Program kreatif I Love Monday pun muncul karena pola pikir akuntansinya
yang memperhitungkan, ngapain bikin program di weekend karena weekend emang
selalu rame. Hard rock café butuh customer buat weekday yang jumlah
pendapatannya jauh dibanding weekend. See? Ngga ada yang namanya kuliah salah
jurusan.
Pas ngajar, gw juga nanya ke mahasiswa kelas gw siapa yang
ngga suka coding, siapa yang ngga suka Java. Sesuai prediksi, bahkan anak-anak
D3 Manajemen Informatika pun ada yang ngga suka coding. Dan sesuai pengalaman,
gw bercerita bahwa kuliah ini salah satunya tentang pembentukan pola pikir.
Sebagai lulusan Sistem Informasi, kalau lihat suatu sistem yang ngga efisien
dari sisi cost, time atau people, rasanya gemes. Seharusnya nggak gini. Dulu pas
masih kuliah, kalau ke mall dan parkir otomatis, yang dipikir bukan cuma bayar
habis berapa ya, tapi juga ini algoritmanya gimana ya bisa jadi sistem parking
kaya gini.
Kuliah ngga cuma soal transkrip nilai dan IPK, tapi juga
soal kedewasaan dalam mencari solusi menghadapi masalah.
Jangan mau biasa aja dengan hanya datang duduk di kelas.
Riset, baca paper, ikut UKM, ikut lomba. Karena semua itu akan jadi hal yang lo
kangenin ketika KTM sudah ngga lagi berlaku dan status mahasiswa udah ngga di
genggaman.
skill dan pendewasaan itu salah satunya datang dari organisasi dan kepanitiaan (panitia IELTS 2010) |
Be First to Post Comment !
Post a Comment
Terima kasih sudah membaca! Silakan tinggalkan komentar di bawah ini :)