Hello again!
Lebih dari dua bulan berlalu sejak terakhir gw posting blog. G A W A T ya, level produktivitas blogging turun drastis kaya roller coaster Trans Studio yang meluncur dari atas 90 derajat. Syuuuuuhhhh.
But the good news is, 2 Juni kemaren, di hari Jumat bulan Ramadhan, gw sidang. Sidang super intens yang..........waw man, waw.
Menuliskan ini membawa gw flash back ke satu jam di ruang pojok Labtek VIII lantai 3 itu, di mana hanya ada empat manusia di dalamnya dan gw di panggung utamanya.
Gw berangkat ditemenin dua orang tersuportif dalam pengerjaan tesis ini, ya siapa lagi kalo bukan Afiqa dan bapake si ayah Gheza. Afiqa supeeeerrrr suportif, nanti akan gw ceritakan di postingan lain tentang trik bikin anak bayi manut sama kita di saat bepergian.
Gw berangkat ditemenin dua orang tersuportif dalam pengerjaan tesis ini, ya siapa lagi kalo bukan Afiqa dan bapake si ayah Gheza. Afiqa supeeeerrrr suportif, nanti akan gw ceritakan di postingan lain tentang trik bikin anak bayi manut sama kita di saat bepergian.
Lalu tibalah saat itu, ketika pintu dibuka dan dosen penguji memasuki ruangan. Sebelum gw mengucap salam memulai presentasi, dosen penguji udah nyicil nanya.
"Kamu berapa lama mengerjakan buku ini? Banyak sekali salahnya."
Deg.
Lo kebayang ngga sih, mental pede yang udah dipupuk sejak semalam rasanya runtuh begitu aja. Waktu itu, gw pengin langsung skip ke malam harinya aja, ngga usah sidang. Ngga usah ditanya-tanya. Seketika gw ngga mood. Apa yang udah gw pelajari, bubar jalan. Kemudian gw presentasi selama 10 menit, 10 menit yang rasanya lama dan gw banyak gagap untuk menjelaskan sesuatu yang harusnya sangat gw kuasai. Mendadak gw merasa doa Rabbishrahli shaddri yang gw rapalkan sejak pagi ngga mempan. Dari banyak presentasi dan pengalaman gw ngomong di depan forum, it was one of the worst. Ahhh.
"Kamu berapa lama mengerjakan buku ini? Banyak sekali salahnya."
Deg.
Lo kebayang ngga sih, mental pede yang udah dipupuk sejak semalam rasanya runtuh begitu aja. Waktu itu, gw pengin langsung skip ke malam harinya aja, ngga usah sidang. Ngga usah ditanya-tanya. Seketika gw ngga mood. Apa yang udah gw pelajari, bubar jalan. Kemudian gw presentasi selama 10 menit, 10 menit yang rasanya lama dan gw banyak gagap untuk menjelaskan sesuatu yang harusnya sangat gw kuasai. Mendadak gw merasa doa Rabbishrahli shaddri yang gw rapalkan sejak pagi ngga mempan. Dari banyak presentasi dan pengalaman gw ngomong di depan forum, it was one of the worst. Ahhh.
Tanya jawab masih ngga jauh-jauh dari komentar bahwa logika penulisan buku gw buruk, bukan kurang bagus tapi buruk. "Penelitian Anda bagus, saya ngga bilang penelitiannya ngga bagus, tapi penulisan buku Anda....tidak mencerminkan tesis S2 ITB." Denger gitu, gw pengin langsung keluar ruangan aja dong trus gendong Afiqa trus ngeloyor keluar kampus.
Ya tapi ngga bisa, kan?
Jadi gw tetep stay di tempat di mana gw berdiri.
Ya tapi ngga bisa, kan?
Jadi gw tetep stay di tempat di mana gw berdiri.
Saat itu, terbukti lagi janji Allah bahwa bersama kesulitan, Allah selalu memberikan kemudahan. Dosen pembimbing gw, pak Yusep Rosmansyah, yang jadi saksi jungkir balik pengerjaan tesis gw sejak Januari 2016, membela dengan sepenuh hati. Beliau bilang bahwa kekurangan pada buku adalah kesalahan beliau yang kurang teliti ngecek buku dan lebih fokus pada jurnal yang gw buat karena kami target lolos IEEE Transaction Q1, kasta jurnal tertinggi di bidangnya. Ketika gw kehabisan alasan dan dosen penguji makin mencecar buku gw ngga layak jadi tesis, pak Yusep meyakinkan bahwa hasil penelitian gw ini bagus dan mengikuti sistematika riset IEEE Trans Q1.
Singkat cerita, 45 menit berlalu dan gw dipersilakan keluar untuk menunggu hasil sidang tertutup. Ngga berhenti gw dzikir dan berdoa Allahumma tammim bilkhair ya Allah berikan akhir yang baik dari sidang ini. Sayup-sayup gw dengar penguji menyebut-nyebut sidang ulang, lalu entah apa yang mereka debatkan. Panjang rasanya gw nunggu, hingga akhirnya abang dan Afiqa datang. Selama gw sidang mereka keliling-keliling kampus entah ke mana aja, aahhh I have the best supporters everrrrrr!
Kreett. Pintu dibuka. Gw dipersilakan masuk.
Kreett. Pintu dibuka. Gw dipersilakan masuk.
"Ya jadi setelah berdiskusi panjang, maka tesis anda dinyatakan lulus. Anda harus berterima kasih pada pak Yusep karena beliau bersedia menjamin bahwa hasil revisinya pasti bagus. Karena tadinya saya akan menawarkan sidang ulang supaya buku lebih matang, tapi pak Yusep berani menjamin revisi anda pasti bagus jadi ya... silakan manfaatkan kesempatan ini. Jangan kecewakan kepercayaan pak Yusep kepada anda. Ini beban moral anda sebagai mahasiswa ITB ya, dan sudah menjadi tugas saya sebagai penguji untuk menjamin tesis yang dikerjakan mahasiswa ini layak untuk lulus.", kata bapak penguji yang meruntuhkan kepercayaan diri gw di menit sebelum memulai presentasi.
"Selamat ya Rahma, anda dinyatakan lulus. Sudah tahu apa nilainya?", ibu penguji bertanya dan gw menggeleng. "Anda dapat A ya, sekali lagi selamat."
Gw masih limbung, percaya ngga percaya dapet nilai A padahal jawaban-jawaban gw rasanya sungguh kacau.
"Saya tahu penelitian anda bagus, dan karena revisi sudah dijamin pasti bagus maka saya berani memberi anda nilai bagus juga. Kalau penelitian anda buruk, saya tidak akan memberi nilai seperti itu. Jadi sekali lagi, penelitian anda bagus hanyaaa penulisan bukunya harus banyak diperbaiki.", kata pak penguji.
Kemudian sidang diakhiri. Sebelum keluar ruangan, pak Yusep mengucapkan selamat. Ucapan yang sangat berarti karena beliau yang bekerja keras membantu gw sampai bisa mendapat nilai A. Nilai yang butuh perjuangan karena bapak penguji tadi ternyata jarang memberi nilai A untuk anak ujiannya.
"Si bapak memang killer kalau nguji, saya sengaja ngga bilang biar mba Rahma ngga takut. Dan saya tahu ini tesisnya bagus makanya saya kasih rekomendasi diuji beliau, kalau tesisnya biasa-biasa saja ahh, susah nanti lulusnya. Ya sudah, saya tunggu revisinya minggu depan ya!" Ooooohhh dosbing gueeeee! Barakallah pak semoga cepat jadi professor.
"Si bapak memang killer kalau nguji, saya sengaja ngga bilang biar mba Rahma ngga takut. Dan saya tahu ini tesisnya bagus makanya saya kasih rekomendasi diuji beliau, kalau tesisnya biasa-biasa saja ahh, susah nanti lulusnya. Ya sudah, saya tunggu revisinya minggu depan ya!" Ooooohhh dosbing gueeeee! Barakallah pak semoga cepat jadi professor.
Di luar ruangan, abang dan Afiqa udah nunggu. Kami bergegas membereskan printilan sidang dan siap-siap pulang. Gw masih takjub dengan rentetan kejadian barusan, Allahuakbar. Beda banget sama sidang S1 gw yang banyak lawaknya, padahal pengujinya juga killer sampe bikin nangis beberapa mahasiswa yang sidang sebelum gw.
Cerita sidang S1 bisa dibaca di sini: Akhirnya! Rahma Djati Kusuma, S.SI.
Cerita sidang S1 bisa dibaca di sini: Akhirnya! Rahma Djati Kusuma, S.SI.
Akhirnya.... satu amanah terselesaikan. Allah berjanji mengangkat derajat orang-orang yang menuntut ilmu, semoga gw termasuk golongan yang diangkat derajatnya. Mohon doakan ilmu dan pengalaman di ITB bisa gw aplikasikan untuk memberi manfaat buat ummat, bukannya menjadikan gw sombong dan lupa diri bahwa Allah yang mengijinkan semuanya terjadi.
Untuk Tuhan, bangsa dan almamater,
Rahma Djati Kusuma, S.SI., M.T.
Ex 23514029
Alumni magister Informatika opsi Sistem Informasi ITB 2014
Be First to Post Comment !
Post a Comment
Terima kasih sudah membaca! Silakan tinggalkan komentar di bawah ini :)