Instagram, panggung di mana semua orang bebas menampilkan apa yang mereka mau. Telah tersedia jutaan pemirsa, kita hanya perlu memutuskan memilih pemirsa mana yang berpotensi tertarik pada postingan kita. Dan bagi sebagian orang, instagram benar-benar topeng yang sempurna.
Kali ini aku menghadirkan segmen baru di angsajenius, #KolaboRabu, kolaborasi dengan orang-orang yang punya ilmu lebih untuk berbagi insight dengan pembaca angsajenius yang akan aku posting setiap hari Rabu. Karena ilmu yang abadi adalah yang dibagi, ehem. Dan untuk membuka segmen ini, aku ngobrol dengan mbak Amalia Dian Ramadhini (instagram: @hebadaragema).
Soleh virtual, istilah yang aku pakai untuk menyebut mereka yang soleh hanya di media sosial, tampak baik, selalu mengajak kebaikan, banyak postingan bernada dakwah, bahkan foto diri pun bisa disulap menjadi dakwah berfaedah. Tapi di dunia nyata, siapa tahu?
Pernah dengar cerita seperti itu? Atau malah pernah menyaksikan sendiri?
Kalau kamu merasa kasus semacam ini cuma ada di FTV, ah nggak mungkin lah kejadian beneran, eits.. mbak Amal sendiri udah sering dapat curhatan dari teman-teman dan followersnya yang jadi korban atau saksi kasus-kasus kaya gini. Dan ternyata ini makin marak karena ada selebgram yang gembar-gemborin nikah muda setelah kenal dari media sosial. Wah ini udah lama sih hebohnya, dulu mereka heboh ngomporin dan ngajak nikah muda beserta pamer proses kenalnya yang bermula dari like dan komen postingan instagram.
Baca juga cerita aku bisa nikah sama sahabat sendiri di Rumah Kami Separuh Joglo Separuh Gadang
*
Teman-teman memanggilku Zia. Suatu pagi di bulan Juni, aku terbangun dan mendapati DM instagram dari seorang laki-laki yang tidak kukenal. Sebutlah ia Jo. Dengan santun Jo menyapa, memperkenalkan dirinya dan mengutarakan niatnya ingin mengenalku, jika semua cocok ia berniat melamar dan menikahiku. Segera aku scroll akun instagramnya, dan semua yang ku temui adalah postingan santun yang mengajak kebaikan. Terdapat beberapa foto dirinya, dan semua memberikan kesan baik.
Kami pun berkomunikasi lewat chat, bertemu beberapa kali dalam proses taaruf, hingga akhirnya kami menikah. Satu bulan, Jo tampak persis seperti yang ia tampilkan di instagramnya. Memasuki bulan kedua, aku seperti mendapati hidup bersama orang lain.
Jo kasar padaku, ia tidak cukup sabar ketika aku dianggapnya lama melakukan sesuatu. Sering kudengar ia berteriak saat menegurku. Padahal baru dua hari lalu kulihat ia memposting tentang suami idaman yang lembut pada istrinya.
Setelah menikah, aku juga mendapati bahwa dia pernah mengirim DM serupa yang dikirimkannya padaku, mengajak berkenalan dan berniat melamar, pada setidaknya lima perempuan. Lima yang ku tahu, yang tidak ku tahu entah masih ada berapa lagi. Setiap kali kutanya tentang ini, Jo selalu mengalihkan topik pembicaraan.
Diteriaki, dimarahi setiap hari, oleh orang yang paling kuharap sapaan lembutnya. Semula aku selalu mencari alasan bertahan, dengan harapan Jo akan berubah seiring usia pernikahan kami.
Menikah, di usia 23, dengan laki-laki yang sepenuhnya asing namun terlihat sangat santun dan selalu mengajak kebaikan di instagramnya, namun ternyata berbeda 180 derajat dengan sikapnya padaku di rumah. Seandainya dulu aku bersabar dan tidak tergesa-gesa, mencari tahu tentang Jo dengan lebih teliti. Seandainya.. seandainya..
Lalu aku tersadar, tak ada gunanya berandai-andai.
*
Sayangnya, cerita seperti Zia ada banyak di kehidupan nyata. Banyak yang bertahan karena berbagai alasan, tapi banyak juga yang kandas di usia pernikahannya yang masih hitungan jari.
Nggak ada yang salah dengan menampakkan sisi terbaik diri kita di media sosial. Nggak ada yang salah juga dengan mencari jodoh lewat proses taaruf, soalnya yang salah itu pacaran. Tapi kalau cari jodoh di media sosial....................
... jadi salah kalau cuma media sosial aja yang dijadikan patokan, tanpa cari tahu lebih dalam karena merasa di media sosialnya semua sudah ditampilkan.
Baca juga tulisan ustad Salim A.Fillah untuk refresh cinta suami istri di Ingatkan Suamimu untuk Bercermin.
"Dulu pernah ada loh laki-laki yang agak terkenal di twitter, ngirim DM ngajak nikah banyak perempuan. Yang dinikahin? Nggak adaa. Malah ada yang dihamilin.", ujar mbak Amal. Ngeri kan? Jadi gimana dong? Mbak Amal ngasih beberapa tips nih supaya kamu nggak terjebak terat laki-laki soleh virtual.
Satu, kalau ada yang DM kamu untuk ngajak kenalan atau nikah, jangan geernya yang diduluin. Soalnya bawaan perempuan kan gampang geer, gampang baper, jadi kali ini kamu harus pakai logika selogis-logisnya. Kalau memang dia serius, lanjutkan proses taaruf dengan perantara yang terpercaya. Kenapa harus ada perantara? Selain buat menjaga interaksi juga untuk cari tahu semua yang perlu kamu tahu. Tanya temannya, orang tuanya, tetangganya. Dan proses mencari tahu ini akan lebih gampang dilakukan oleh orang lain, bukan kamu sendiri.
Ingat nggak cerita bunda Khadijah RA waktu mau melamar nabi Muhammad SAW? Bunda Khadijah nggak langsung tanya sendiri tuh, tapi lewat orang kepercayaannya yang nanya-nanya dan cari tahu sampai akhirnya bunda Khadijah mantap. Kalau kamu nggak tahu cerita ini, segera buka siroh yang ada di rumah dan baca. Kalau kamu belum punya buku siroh nabawiyah, anggarkan bulan depan untuk beli ok!
Kedua, jangan terpaku sama apa yang ditampakkan di media sosial. Semua orang ingin terlihat baik, nggak ada yang ingin terlihat negatif, itu kenapa kita hanya memposting yang baik-baik di media sosial. Nggak percaya juga? Coba deh berapa kali kita posting makanan warteg yang kita beli, trus berapa kali kita posting makanan di restoran fancy?
Tiga, kalau dia terlalu aktif di media sosial, pikir lagi deh kamu sanggup nggak hidup dengan orang kaya gitu. Yang nggak lepas handphone, rajin upload-upload, pegang handphone muluuuu karena setelah upload-upload dia akan lanjut sibuk membalas DM-DM yang masuk. Kalau kamu oke ya lanjut, kalau kira-kira kamu risih ya pikir lagi deh.
Empat, kalau kamu menemukan ada kekurangan yang susah kamu toleransi lalu dia berjanji akan berubah setelah nikah, pikir lagi deh. Karena nggak ada jaminan dia akan beneran berubah setelah menikah. Misalnya, laki-laki itu tampak sempurna di instagram tapi di dunia nyata dia merokok. Kamu nggak suka, tapi dia berjanji akan stop merokok setelah menikah. Apa jaminannya dia beneran akan stop merokok? Kalau dia tetap merokok maka kamu akan gimana? Kalau kamu siap menerima segala konsekuensi dia nggak berubah, ya boleh lah lanjut. Tapi kalau kamu kebayang akan bete setiap hari ketemu asap rokok di rumah, ya jangan diteruskan.
Menikah itu bukan solusi kamu galau skripsi, bukan juga solusi kamu nggak dapat-dapat kerja.
Tentang ini, kita bahas lain waktu.
Terima kasih udah baca! 😊
Kali ini aku menghadirkan segmen baru di angsajenius, #KolaboRabu, kolaborasi dengan orang-orang yang punya ilmu lebih untuk berbagi insight dengan pembaca angsajenius yang akan aku posting setiap hari Rabu. Karena ilmu yang abadi adalah yang dibagi, ehem. Dan untuk membuka segmen ini, aku ngobrol dengan mbak Amalia Dian Ramadhini (instagram: @hebadaragema).
Soleh virtual, istilah yang aku pakai untuk menyebut mereka yang soleh hanya di media sosial, tampak baik, selalu mengajak kebaikan, banyak postingan bernada dakwah, bahkan foto diri pun bisa disulap menjadi dakwah berfaedah. Tapi di dunia nyata, siapa tahu?
Pernah dengar cerita seperti itu? Atau malah pernah menyaksikan sendiri?
Kalau kamu merasa kasus semacam ini cuma ada di FTV, ah nggak mungkin lah kejadian beneran, eits.. mbak Amal sendiri udah sering dapat curhatan dari teman-teman dan followersnya yang jadi korban atau saksi kasus-kasus kaya gini. Dan ternyata ini makin marak karena ada selebgram yang gembar-gemborin nikah muda setelah kenal dari media sosial. Wah ini udah lama sih hebohnya, dulu mereka heboh ngomporin dan ngajak nikah muda beserta pamer proses kenalnya yang bermula dari like dan komen postingan instagram.
Baca juga cerita aku bisa nikah sama sahabat sendiri di Rumah Kami Separuh Joglo Separuh Gadang
*
Teman-teman memanggilku Zia. Suatu pagi di bulan Juni, aku terbangun dan mendapati DM instagram dari seorang laki-laki yang tidak kukenal. Sebutlah ia Jo. Dengan santun Jo menyapa, memperkenalkan dirinya dan mengutarakan niatnya ingin mengenalku, jika semua cocok ia berniat melamar dan menikahiku. Segera aku scroll akun instagramnya, dan semua yang ku temui adalah postingan santun yang mengajak kebaikan. Terdapat beberapa foto dirinya, dan semua memberikan kesan baik.
Kami pun berkomunikasi lewat chat, bertemu beberapa kali dalam proses taaruf, hingga akhirnya kami menikah. Satu bulan, Jo tampak persis seperti yang ia tampilkan di instagramnya. Memasuki bulan kedua, aku seperti mendapati hidup bersama orang lain.
Jo kasar padaku, ia tidak cukup sabar ketika aku dianggapnya lama melakukan sesuatu. Sering kudengar ia berteriak saat menegurku. Padahal baru dua hari lalu kulihat ia memposting tentang suami idaman yang lembut pada istrinya.
Setelah menikah, aku juga mendapati bahwa dia pernah mengirim DM serupa yang dikirimkannya padaku, mengajak berkenalan dan berniat melamar, pada setidaknya lima perempuan. Lima yang ku tahu, yang tidak ku tahu entah masih ada berapa lagi. Setiap kali kutanya tentang ini, Jo selalu mengalihkan topik pembicaraan.
Diteriaki, dimarahi setiap hari, oleh orang yang paling kuharap sapaan lembutnya. Semula aku selalu mencari alasan bertahan, dengan harapan Jo akan berubah seiring usia pernikahan kami.
Menikah, di usia 23, dengan laki-laki yang sepenuhnya asing namun terlihat sangat santun dan selalu mengajak kebaikan di instagramnya, namun ternyata berbeda 180 derajat dengan sikapnya padaku di rumah. Seandainya dulu aku bersabar dan tidak tergesa-gesa, mencari tahu tentang Jo dengan lebih teliti. Seandainya.. seandainya..
Lalu aku tersadar, tak ada gunanya berandai-andai.
*
Sayangnya, cerita seperti Zia ada banyak di kehidupan nyata. Banyak yang bertahan karena berbagai alasan, tapi banyak juga yang kandas di usia pernikahannya yang masih hitungan jari.
Nggak ada yang salah dengan menampakkan sisi terbaik diri kita di media sosial. Nggak ada yang salah juga dengan mencari jodoh lewat proses taaruf, soalnya yang salah itu pacaran. Tapi kalau cari jodoh di media sosial....................
... jadi salah kalau cuma media sosial aja yang dijadikan patokan, tanpa cari tahu lebih dalam karena merasa di media sosialnya semua sudah ditampilkan.
Baca juga tulisan ustad Salim A.Fillah untuk refresh cinta suami istri di Ingatkan Suamimu untuk Bercermin.
"Dulu pernah ada loh laki-laki yang agak terkenal di twitter, ngirim DM ngajak nikah banyak perempuan. Yang dinikahin? Nggak adaa. Malah ada yang dihamilin.", ujar mbak Amal. Ngeri kan? Jadi gimana dong? Mbak Amal ngasih beberapa tips nih supaya kamu nggak terjebak terat laki-laki soleh virtual.
Satu, kalau ada yang DM kamu untuk ngajak kenalan atau nikah, jangan geernya yang diduluin. Soalnya bawaan perempuan kan gampang geer, gampang baper, jadi kali ini kamu harus pakai logika selogis-logisnya. Kalau memang dia serius, lanjutkan proses taaruf dengan perantara yang terpercaya. Kenapa harus ada perantara? Selain buat menjaga interaksi juga untuk cari tahu semua yang perlu kamu tahu. Tanya temannya, orang tuanya, tetangganya. Dan proses mencari tahu ini akan lebih gampang dilakukan oleh orang lain, bukan kamu sendiri.
Ingat nggak cerita bunda Khadijah RA waktu mau melamar nabi Muhammad SAW? Bunda Khadijah nggak langsung tanya sendiri tuh, tapi lewat orang kepercayaannya yang nanya-nanya dan cari tahu sampai akhirnya bunda Khadijah mantap. Kalau kamu nggak tahu cerita ini, segera buka siroh yang ada di rumah dan baca. Kalau kamu belum punya buku siroh nabawiyah, anggarkan bulan depan untuk beli ok!
Kedua, jangan terpaku sama apa yang ditampakkan di media sosial. Semua orang ingin terlihat baik, nggak ada yang ingin terlihat negatif, itu kenapa kita hanya memposting yang baik-baik di media sosial. Nggak percaya juga? Coba deh berapa kali kita posting makanan warteg yang kita beli, trus berapa kali kita posting makanan di restoran fancy?
Tiga, kalau dia terlalu aktif di media sosial, pikir lagi deh kamu sanggup nggak hidup dengan orang kaya gitu. Yang nggak lepas handphone, rajin upload-upload, pegang handphone muluuuu karena setelah upload-upload dia akan lanjut sibuk membalas DM-DM yang masuk. Kalau kamu oke ya lanjut, kalau kira-kira kamu risih ya pikir lagi deh.
Empat, kalau kamu menemukan ada kekurangan yang susah kamu toleransi lalu dia berjanji akan berubah setelah nikah, pikir lagi deh. Karena nggak ada jaminan dia akan beneran berubah setelah menikah. Misalnya, laki-laki itu tampak sempurna di instagram tapi di dunia nyata dia merokok. Kamu nggak suka, tapi dia berjanji akan stop merokok setelah menikah. Apa jaminannya dia beneran akan stop merokok? Kalau dia tetap merokok maka kamu akan gimana? Kalau kamu siap menerima segala konsekuensi dia nggak berubah, ya boleh lah lanjut. Tapi kalau kamu kebayang akan bete setiap hari ketemu asap rokok di rumah, ya jangan diteruskan.
Menikah itu bukan solusi kamu galau skripsi, bukan juga solusi kamu nggak dapat-dapat kerja.
Menikah adalah solusi yang menghadirkan masalah-masalah baru.Baca juga: Pake Jilbab di Rumah Mertua Nggak Seribet Itu
Tentang ini, kita bahas lain waktu.
Terima kasih udah baca! 😊