Ada hal-hal yang tampak oleh khalayak, sehingga bisa mendapat banyak apresiasi. Ada juga hal-hal yang diselesaikan dalam hening, tidak banyak yang tahu, cukuplah dirinya sendiri dan beberapa orang dalam hitungan jari yang mengapresiasi.
Di rumah, menjadi ibu, menyelesaikan pekerjaan rumah yang tidak kenal kata selesai, mengurus mengasuh dan mendidik anak; adalah satu dari banyak hal pada kategori kedua. Hening saja, tapi akan berbuntut panjang jika tidak dikerjakan.
Hari ketika seorang wanita melahirkan anaknya, terlahir juga banyak konsekuensi baru yang harus ditanggungnya. Sekali menjadi ibu, artinya selamanya hidupnya tak lagi miliknya sendiri. Setiap keputusan akan disertai pertimbangan untuk suami dan anak-anaknya. Mulai dari menu masakan sampai destinasi liburan, termasuk ketika ingin pergi jauh sendirian. Semuanya akan disertai pertimbangan bagaimana keluarganya.
Hidupnya tak lagi miliknya sendiri.
*
Jadi ibu itu nggak gampang, makanya kalau kata guyonan klasik, hadiahnya surga, kalau jadi ibu itu gampang hadiahnya cuma kipas angin. Yang bikin guyonan pertama kali mungkin nggak pernah ikut jalan sehat sekecamatan ya, nggak tahu dia kalau mau dapet hadiah kipas angin aja sekarang susah 😂
Baca juga Every Mom Has Their Own Battle
Karena susah makanya ada banyak grup support dan sharing ibu-ibu. Coba lah tengok handphone suami, ada berapa grup support bapak-bapak di sana? Di handphone Banggez aja nggak ada sama sekali, ada dua grup orangtua pembelajar itu pun karena istrinya yang jadi admin dan inisiator grupnya jadi dia dipaksa masuk. Ahem.
Aku merasakan betapa pentingnya grup support ibu-ibu karena sebagai ibu baru aku punya ribuan pertanyaan yang kelamaan kalau cari jawabannya di buku atau di akun parenting di instagram. Dan kadang mau nanya orang tua atau mertua juga kurang relate karena kondisi bayi sekarang dan bayi duapuluh tahunan lalu banyak bedanya, ilmu juga udah banyak updatenya. Kaya pas aku lupa di suhu berapa derajat bayi harus minum paracetamol, kompresnya pakai air panas atau air biasa, kalau lecet habis nyusuin harus diapain, anak lagi tantrum aja juga harus gimana kita supaya nggak ikut marah-marah.
Jadi kalau kalian ibu baru, cari deh grup support sesama ibu yang bisa jadi tempat berkeluh kesah dan mengumpulkan kewarasan yang kadang berserak bareng sama lego yang mencar di seluruh penjuru rumah. Kalau belum nemu juga, aku punya dua grup orangtua pembelajar dan masih ada slot. 😁 Oh bukan grup jualan kok, jadi nggak akan ada broadcast promo produk terselubung. Aman.
Loh kok malah jadi promosi grup 😛
Karena jadi ibu itu pekerjaan hening, nggak kaya di kantor yang jelas ukurannya ketika kita achieve sesuatu, ada reward yang terukur juga minimal apresiasi dari sesama temen kerja; makanya KITA HARUS BISA MENGAPRESIASI DIRI SENDIRI DONG, GENGS!
Dari pagi udah sibuk nih kita, nyiapin sarapan, nyiapin bekal suami dan anak-anak ke sekolah, mandiin anak-anak, nyuapin anak sarapan sampai kitanya sendiri sarapannya dirapel sama makan siang. Trus beresin rumah, ngerapiin mainan yang nyebar ke kolong kursi dan bawah lemari tv, eeeh baru aja kinclong belum dua jam, anak pulang ya udah jadi kapal pecah lagi. Nemenin main, jadi sapi-sapian yang kudu merangkak sambil dinaikin anak sampai lutut mati rasa, main petak umpet sampai limapuluh kali nggak bosen-bosen, bacain buku yang sama sepuluh kali sehari.
Nafas dulu, ganti paragraf biar nggak pusing bacanya.
Nyuapin makan siang, yang kadang dilepeh atau ya mendadak "Nggak mood makan aja aku buk.". Ngelonin tidur siang yang bisa satu jam sendiri proses dari bawa ke kamar sampai bener-bener merem. Selonjor sebentar lihat-lihat story instagram, ehh anaknya udah bangun aja. Ngompol. Lalu harus bersihin kasur bekas ompol, langsung mandiin anak yang nangis nggak mau mandi tapi dipaksa mandi karena habis ngompol. Lalu sore setelah ashar, keluar rumah sepedaan sambil petik buah cersen punya tetangga, supaya anak ada kegiatan outdoor. Pulang menjelang maghrib, si anak yang sudah mandi kotor lagi karena pas sepedaan jatuh jadi ya bersih-bersih lagi. Sehabis maghrib, manasin makan malam lalu nyuapin anak-anak makan, lalu nemenin main lagi lalu ngelonin lagi.
Nggak kelihatan dari luar, tapi kalau dilihat pakai cctv lalu diplay dipercepat pasti yang nonton ikut ngos-ngosan.
Baca juga tentang susahnya sabar ngadepin anak di sini Sabar Tak Semudah Itu, Nona
Sejak jadi ibu aku baru sadar sih makna mengapresiasi diri sendiri itu harusnya seperti apa. Untuk tetap waras, jadi pusat keluarga yang siap mencintai seisi rumah, ibu harus mencintai dirinya sendiri dulu dong. Ya nggak? Ya kan ya dong.
Pertama. Aku minta dipuji. Banggez dulu suka lupa memuji istrinya karena dia terkesima sama perempuan lain a.k.a. anaknya 😏 Kalau udah begini aku nih yang akan menggiring opini sampai suami aku mau memuji-muji aku yang banyaakkk sampai aku kenyang pujian.
Bang, hebat ya aku bang. Susah tahu ngadepin uni hari ini, nangis marah-marah aja capeeek. Hampir aku kepancing, ah tapi aku bisa nahan. Hebat ya aku?
Iya hebat ibok.
Mosok? Aku kenapa emang?
Lalu dengarkanlah suami menyebut banyak hal baik tentang kita. Ahem.
Atau kalau aku lagi kotor hatinya, suka iri lihat pencapaian orang lain, aku akan minta dipuji dengan pola begini.
Bang, aku bisa ya kerja kaya si ini atau si anu.
Bisa lah.
Iya ya, aku kan pinter ya, udah S2 lagi.
Makasih ya bok udah mau nemenin dan mendidik anak-anak kita, kamu kalau mau kerja pasti hebat juga tapi aku lebih suka kamu di rumah.
Abang suka aku di rumah aja ya? Padahal kalau kerja uang kita banyak kali ya bang HAHAHA.
Makanya di rumah yang semangat, harus ada bedanya dong uni sama adek di rumah diasuh ibuknya dibanding kalau diasuh pembantu.
Tapi ada bedanya nggak?
Ya ada lah.
Lalu bersiaplah mendengarkan suami menyebut banyak hal tentang betapa senangnya ia karena kita di rumah.
Minta dipuji boleh banget kok, tapi ya jangan koar-koar ke banyak orang aja. Namanya nanti sombong dan haus pujian 😂
Kedua. Reset standar apresiasi. Kalau terus nunggu pujian orang, ya capek sist. Wong pujian suami aja kadang kudu dipancing, apalagi pujian orang lain. Suami loh yang lihat jumpalitan saltonya kita tiap hari. Jadi ya puji diri sendiri, kasih reward untuk diri sendiri karena hari ini berhasil nggak kepancing marah nungguin si anak tantrum satu setengah jam, misalnya.
Nggak usah mahal-mahal, yang ada di rumah aja bisa kok. Bikin es coklat dan ngemil astor yang harusnya buat bekal sekolah, sambil dengerin lagu Bollywood misalnya. Dilakukan pas anak tidur, nanti anak bangun kita udah segar, bisa mandiin sambil bersenandung ala Aishwarya Rai. Gendong dari kamar mandinya sambil joget muterin tiang, persis Aishwarya lagi nari Dola Re Do. Bedanya dia pakai saree, kita pakai handuk buat gendong bayi.
Kemarin pas aku upload di instastory yang isinya daily core hari itu, di list paling bawah ada Dengerin lagu India, banyak yang DM nanyain beneran itu isi listnya begitu? Dilaksanakan?
Ya bener lah, bahkan pas upload instastory itu aku lagi muter playlist lagu-lagunya Shreya Goshal. Aku butuh bersenang-senang, yang instan, nggak perlu keluar rumah, nggak perlu keluar uang. Bollywood songs to the rescue.
Ketiga. Kalau alarm diri sudah bunyi karena jadi nggak puas sama hidup sendiri, jangan buka media sosial. Ulang-ulang mantra ini,
Dah, dah. STOP! Tutup media sosialmu, baca buku aja lah atau ngapain aja yang nggak memancing hati semakin keruh.
Gitu ya?
Jadi ibu itu, saking perhatiannya sama anak dan suami sampai suka lupa perhatian sama diri sendiri. Saking fokusnya bikin keluarga bahagia sampai suka lupa membahagiakan diri sendiri.
Selamat Rabu sore, jangan lupa nanti malam bersenang-senang! 😉
Hidupnya tak lagi miliknya sendiri.
*
Jadi ibu itu nggak gampang, makanya kalau kata guyonan klasik, hadiahnya surga, kalau jadi ibu itu gampang hadiahnya cuma kipas angin. Yang bikin guyonan pertama kali mungkin nggak pernah ikut jalan sehat sekecamatan ya, nggak tahu dia kalau mau dapet hadiah kipas angin aja sekarang susah 😂
Baca juga Every Mom Has Their Own Battle
Karena susah makanya ada banyak grup support dan sharing ibu-ibu. Coba lah tengok handphone suami, ada berapa grup support bapak-bapak di sana? Di handphone Banggez aja nggak ada sama sekali, ada dua grup orangtua pembelajar itu pun karena istrinya yang jadi admin dan inisiator grupnya jadi dia dipaksa masuk. Ahem.
Aku merasakan betapa pentingnya grup support ibu-ibu karena sebagai ibu baru aku punya ribuan pertanyaan yang kelamaan kalau cari jawabannya di buku atau di akun parenting di instagram. Dan kadang mau nanya orang tua atau mertua juga kurang relate karena kondisi bayi sekarang dan bayi duapuluh tahunan lalu banyak bedanya, ilmu juga udah banyak updatenya. Kaya pas aku lupa di suhu berapa derajat bayi harus minum paracetamol, kompresnya pakai air panas atau air biasa, kalau lecet habis nyusuin harus diapain, anak lagi tantrum aja juga harus gimana kita supaya nggak ikut marah-marah.
Jadi kalau kalian ibu baru, cari deh grup support sesama ibu yang bisa jadi tempat berkeluh kesah dan mengumpulkan kewarasan yang kadang berserak bareng sama lego yang mencar di seluruh penjuru rumah. Kalau belum nemu juga, aku punya dua grup orangtua pembelajar dan masih ada slot. 😁 Oh bukan grup jualan kok, jadi nggak akan ada broadcast promo produk terselubung. Aman.
Loh kok malah jadi promosi grup 😛
Karena jadi ibu itu pekerjaan hening, nggak kaya di kantor yang jelas ukurannya ketika kita achieve sesuatu, ada reward yang terukur juga minimal apresiasi dari sesama temen kerja; makanya KITA HARUS BISA MENGAPRESIASI DIRI SENDIRI DONG, GENGS!
Dari pagi udah sibuk nih kita, nyiapin sarapan, nyiapin bekal suami dan anak-anak ke sekolah, mandiin anak-anak, nyuapin anak sarapan sampai kitanya sendiri sarapannya dirapel sama makan siang. Trus beresin rumah, ngerapiin mainan yang nyebar ke kolong kursi dan bawah lemari tv, eeeh baru aja kinclong belum dua jam, anak pulang ya udah jadi kapal pecah lagi. Nemenin main, jadi sapi-sapian yang kudu merangkak sambil dinaikin anak sampai lutut mati rasa, main petak umpet sampai limapuluh kali nggak bosen-bosen, bacain buku yang sama sepuluh kali sehari.
Nafas dulu, ganti paragraf biar nggak pusing bacanya.
Nyuapin makan siang, yang kadang dilepeh atau ya mendadak "Nggak mood makan aja aku buk.". Ngelonin tidur siang yang bisa satu jam sendiri proses dari bawa ke kamar sampai bener-bener merem. Selonjor sebentar lihat-lihat story instagram, ehh anaknya udah bangun aja. Ngompol. Lalu harus bersihin kasur bekas ompol, langsung mandiin anak yang nangis nggak mau mandi tapi dipaksa mandi karena habis ngompol. Lalu sore setelah ashar, keluar rumah sepedaan sambil petik buah cersen punya tetangga, supaya anak ada kegiatan outdoor. Pulang menjelang maghrib, si anak yang sudah mandi kotor lagi karena pas sepedaan jatuh jadi ya bersih-bersih lagi. Sehabis maghrib, manasin makan malam lalu nyuapin anak-anak makan, lalu nemenin main lagi lalu ngelonin lagi.
Nggak kelihatan dari luar, tapi kalau dilihat pakai cctv lalu diplay dipercepat pasti yang nonton ikut ngos-ngosan.
Baca juga tentang susahnya sabar ngadepin anak di sini Sabar Tak Semudah Itu, Nona
Sejak jadi ibu aku baru sadar sih makna mengapresiasi diri sendiri itu harusnya seperti apa. Untuk tetap waras, jadi pusat keluarga yang siap mencintai seisi rumah, ibu harus mencintai dirinya sendiri dulu dong. Ya nggak? Ya kan ya dong.
Pertama. Aku minta dipuji. Banggez dulu suka lupa memuji istrinya karena dia terkesima sama perempuan lain a.k.a. anaknya 😏 Kalau udah begini aku nih yang akan menggiring opini sampai suami aku mau memuji-muji aku yang banyaakkk sampai aku kenyang pujian.
Bang, hebat ya aku bang. Susah tahu ngadepin uni hari ini, nangis marah-marah aja capeeek. Hampir aku kepancing, ah tapi aku bisa nahan. Hebat ya aku?
Iya hebat ibok.
Mosok? Aku kenapa emang?
Lalu dengarkanlah suami menyebut banyak hal baik tentang kita. Ahem.
Atau kalau aku lagi kotor hatinya, suka iri lihat pencapaian orang lain, aku akan minta dipuji dengan pola begini.
Bang, aku bisa ya kerja kaya si ini atau si anu.
Bisa lah.
Iya ya, aku kan pinter ya, udah S2 lagi.
Makasih ya bok udah mau nemenin dan mendidik anak-anak kita, kamu kalau mau kerja pasti hebat juga tapi aku lebih suka kamu di rumah.
Abang suka aku di rumah aja ya? Padahal kalau kerja uang kita banyak kali ya bang HAHAHA.
Makanya di rumah yang semangat, harus ada bedanya dong uni sama adek di rumah diasuh ibuknya dibanding kalau diasuh pembantu.
Tapi ada bedanya nggak?
Ya ada lah.
Lalu bersiaplah mendengarkan suami menyebut banyak hal tentang betapa senangnya ia karena kita di rumah.
Minta dipuji boleh banget kok, tapi ya jangan koar-koar ke banyak orang aja. Namanya nanti sombong dan haus pujian 😂
Kedua. Reset standar apresiasi. Kalau terus nunggu pujian orang, ya capek sist. Wong pujian suami aja kadang kudu dipancing, apalagi pujian orang lain. Suami loh yang lihat jumpalitan saltonya kita tiap hari. Jadi ya puji diri sendiri, kasih reward untuk diri sendiri karena hari ini berhasil nggak kepancing marah nungguin si anak tantrum satu setengah jam, misalnya.
Nggak usah mahal-mahal, yang ada di rumah aja bisa kok. Bikin es coklat dan ngemil astor yang harusnya buat bekal sekolah, sambil dengerin lagu Bollywood misalnya. Dilakukan pas anak tidur, nanti anak bangun kita udah segar, bisa mandiin sambil bersenandung ala Aishwarya Rai. Gendong dari kamar mandinya sambil joget muterin tiang, persis Aishwarya lagi nari Dola Re Do. Bedanya dia pakai saree, kita pakai handuk buat gendong bayi.
Kemarin pas aku upload di instastory yang isinya daily core hari itu, di list paling bawah ada Dengerin lagu India, banyak yang DM nanyain beneran itu isi listnya begitu? Dilaksanakan?
Ya bener lah, bahkan pas upload instastory itu aku lagi muter playlist lagu-lagunya Shreya Goshal. Aku butuh bersenang-senang, yang instan, nggak perlu keluar rumah, nggak perlu keluar uang. Bollywood songs to the rescue.
Ketiga. Kalau alarm diri sudah bunyi karena jadi nggak puas sama hidup sendiri, jangan buka media sosial. Ulang-ulang mantra ini,
Comparison is the thief of joy.Biasanya kalau udah mulai banyak nggak puas sama hidup sendiri, sebab utamanya itu karena melihat hidup orang lain. Temen makan di cafe, liburan ke kutub utara lihat aurora, baru beli rumah lalu sering update progres ngisi rumahnya, ootd pakai brand-brand hits di instagram, daaaan lain-lain. Cuma gara-gara melihat kaya begini, kita jadi inferior karena kita sarapan aja dirapel sama makan siang, itu pun kadang ngabisin makanan si anak aja. Boro-boro aurora, lihat bulan purnama sepulang masjid aja rasanya udah weowe wow, rumah juga masih di awang-awang karena masih setia di rumah mertua, baju juga dasteran aja. Baju pergi juga nggak banyak karena jarang pergi-pergi.
Dah, dah. STOP! Tutup media sosialmu, baca buku aja lah atau ngapain aja yang nggak memancing hati semakin keruh.
Gitu ya?
Jadi ibu itu, saking perhatiannya sama anak dan suami sampai suka lupa perhatian sama diri sendiri. Saking fokusnya bikin keluarga bahagia sampai suka lupa membahagiakan diri sendiri.
Selamat Rabu sore, jangan lupa nanti malam bersenang-senang! 😉