Dua minggu yang lalu Uni, anak pertama aku, cerita.
Uni : Buk, tadi di sekolah, kata bu guru disuruh bobonya sendiri. Nggak usah dikelonin, bobo sendiri aja, kan udah gede.
Aku : Oh, gitu? Emang temen-temen Uni bobonya sendiri?
Uni : Iya.
Aku : Uni juga, dong, kalau gitu.
Uni : Nggak, ah. Aku kan suka dikelonin, aku nggak mau bobo sendiri.
Aku : Gitu? Afiqa suka dikelonin Ibuk?
Uni : Iya, dikelonin, dipeluk, digaruk-garuk pantatnya *ngomong sambil tertawa geli sendiri*.
Btw, iya Uni ngomongnya memang sudah lancar banget. Kosakatanya sudah banyak dan sudah bisa bilang R, wow bangga! 😆 Aku merasa menuai benih membaca buku yang kutanam sejak Uni 5 bulanan.
Nah, back to topic. Setelah ngobrol itu aku jadi berpikir, wah jangan-jangan selama ini banyak kegiatan dan hal yang penting menurut anak-anak, tapi aku justru menyepelekan. Tidur dikelonin, misalnya. Aku lebih banyak menganggap menidurkan anak-anak sebagai hal yang "ayo, dong, cepet tidur, biar selesai urusan Ibuk", karena setelah mereka tidur aku merasa selesai tugas hari itu. Bebas mau ngobrol sama Banggez, mau makan, mau baca buku, mau nonton, mau belajar, apa aja, lah!
Itu juga sebabnya ketika sedang makan malam dan salah satu anak terbangun, aku selalu refleks "Aduuh!", yang selalu dibalas dengan "Sabaar." oleh Banggez. Karena saat ada yang terbangun artinya aku harus menghentikan aktivitas apa pun yang sedang kulakukan, kembali ke kamar, lalu kembali menidurkan mereka. Ada banyak masa di mana aku merasa itu beban, sampai terlontar
"Abang bilang sabar-sabar aja, capek, tau!"
"Loh, iya, tugasku emang bilang sabar. Ya aku bisa bantu apa, coba? Kan nggak mungkin aku bilang ayo Buk marah Buk, kesel Buk. Aku tahu capek, aku tahu kesel, makanya aku bilang sabar."
Hmmm... yajugak!
Karena anak-anak yang kebangun setengah sadar ini pasti nangis dan marah kalau yang datang ayahnya, bukan ibuknya, jadi Banggez memang nggak bisa bantu apa-apa kecuali bilang sabar dan pause makan, menunggu anak-anak bobo lagi. Kenapa harus ditunggu? Karena aku selalu makan sepiring berduaaaa, kalau Banggez lanjut makan, ngambek lah aku 😤
Sejak obrolan bareng Uni itu, aku jadi lebih menikmati momen ngelonin anak-anak. Rasa sebel dan capek karena mereka nggak tidur-tidur bisa dikikis karena tahu mereka menikmati momen itu. Daripada aku kesel, kenapa aku nggak ikut menikmati dan happy aja?
Baca juga: Jawaban Orang Tua Pemalas
Hal-hal yang kita, orang dewasa, anggap kecil seperti memandikan, membacakan buku, mengantar sekolah atau ngaji bisa jadi adalah hal-hal yang berarti penting dan dinikmati oleh anak-anak kita.
Jadi, kenapa nggak mulai menikmati aja? Dilakukan dengan dinikmati, bukan dilakukan cuma supaya selesai. Bisa, kan? Yuk!
Love,
Rahma Djati
lucu kali sih anaknya bunda, bisa saya coba ini mendidik anak sesuai tips dari anda
ReplyDelete