Hai! Been shooooo looonggg blog ini nggak diupdate. Bukan karena nggak sempat, tapi karena tidak disempatkan. Ahh, pasti paham, rasanya kok banyak hal yang harus dikerjakan dan diselesaikan, tapi bukankah justru itu tandanya kita sedang produktif?
Mengakhiri bulan Mei ini aku mau kasih satu kabar gembira yaituuu....
Sygma Daya Insani (SDI) launching produk baru bertepatan dengan tanggal bebasnya Konstantinopel oleh pasukan Muhammad Al Fatih. Karena ini buku baru, I'll tell you what's the story behind this book.
Pas denger judulnya, pertanyaan yang langsung terbersit di aku adalah "Apa isinya? Is it worth to buy?" Sampai akhirnya aku menyimak dengan seksama grand launchingnya dan ternganga dengan alasan di balik dierbitkannya buku ini.
Acara grand launching dibuka dengan sambutan CEO Sygma, pak Benny Triandi.
"Buku ini sudah lama disiapkan dan sengaja dilaunching bertepatan dengan tanggal pembebasan Konstantinopel oleh pasukan Muhammad Al Fatih. Maksud dari buku ini adalah muqarrabatuLlah, agar anak merasa ada pengawasan Allah di rumah. Dengan buku ini, lewat asma-asma Allah, anak diajak memahami bahwa semuanya, kesehatan, rizki, adalah rahmat dari Allah."
Wah ternyata judul Ada Allah di Rumah Kami itu biar anak kenal sedari kecil kalo pengawasan Allah itu ada dimana-mana, termasuk juga di rumah. Di jaman pandemi kaya begini, segalanya nggak berjalan normal sebagaimana sebelum pandemi. Tapi ada satu hal yang nggak boleh berubah. Akidah.
Buku ini adalah salah satu bentuk ikhtiar PENYELAMATAN AKIDAH, kata pak Benny.
Setelah sambutan CEO, giliran kepala RnD yang jelasin alasan di balik terbitnya buku ini. Sejak pandemi sadar nggak sih kalo frekuensi anak terpapar gadget itu meningkat? Yang udah sekolah, sekolahnya online pake laptop atau hape. Yang orangtuanya kerja, kalo anak rewel ya dikasih hape biar nggak ganggu. Yang di rumah aja, karena bosen dan nggak bebas main di luar ya larinya kemana lagi kalo bukan hape?
Masalahnya, kadang nih ya belajarnya sejam ehh main hapenya tambah sejam juga. Ibunya ada meeting via Zoom dan nggak bisa disambi, meetingnya dua jam ya anaknya nonton youtube juga dua jam. Udah tahu nggak ideal, seharusnya nggak gitu, tahu kalo salah, tapi ya mau gimana lagi? Rasanya kaya kita nggak punya banyak pilihan. Dan sejalan dengan ini, penjualan smartphone naik pesat. Xiaomi aja pengirimannya 347 juta di empat bulan pertama tahun 2021. Artinya apa coba kalo bukan makin banyak yang beli hape? Dan bukan nggak mungkin banyak juga yang double bahkan triple gadgets di rumahnya.
Kalo udah begitu, ujung-ujungnya orang tua khawatir anaknya kebanyakan interaksi sama gadget. Kemaren juga disebut-sebut soal fenomena popcorn brain, aku baru denger tentang popcorn brain ini. Popcorn brain itu kondisi otak yang meletup-letup kaya popcorn ketika dimasak. Buktinya apa? Nonton video baru sebentar udah pengin ganti yang lain. Ngalamin? Iyaaaaa. Aku sih iyaa huhuhu. Sebabnya karena anak terstimulasi mencari konten yang menarik bagi dirinya, jadi nggak tertarik lagi main yang nggak melibatkan gadget.
Anak nih yaa, kalo udah pegang gadget, dalam satu waktu aja mereka bisa multitasking. Nonton video sambil liat notifikasi, sambil cek ada opsi video apa lagi di bawahnya. Belom lagi layarnya yang terang banget, berkedip-kedip, dan kontras. Otak anak yang tugasnya untuk stimulus aktivitas sosial jadi terhambat karena itu. Kalo udah begini, otak anak jadi kebal ketika dikasih stimulus secara langsung karena udah terbiasa distimulus gadget.
Anak yang terbiasa berinteraksi dengan gadget dengan warna-warninya yang berkedip-kedip cenderung kurang tertarik pada tulisan hitam putih seperti di buku.
Wah parah sih, padahal aku pengiiinnn anak-anakku doyan baca kaya ibuknya. Ea. Masih soal popcorn brain nih, aku sertakan ya beberapa screenshot materinya.
Jangan Googling!
Pernah nggak sih, anak nanya sesuatu yang susah, kita nggak tahu dan kita kesulitan jawab? Aku sering! Kemaren pak Koko, head RnD Sygma bilang kalo bisa ibu-ibu nih yaaa, ketika anaknya nanya jangan langsung googling. Wah pas denger ini aku tuh langsung mbatin "Weiss kok sama kaya prinsipku!" Yaa, minimal jangan googling di depan anak.
Loh, kenapa? Apakah gunanya teknologi yang sangat canggih ini kalo jangan dipake di depan anak? Ternyataaa eh ternyata, kalo anak sering lihat kita googling saat mereka nanya, anak akan menyimpulkan pola serba instan. "Oh, kalo nggak tahu artinya aku harus tanya ke google!" Padahal kan anak kecil mana bisa menyaring mana bener mana salah, apalagi di internet yang kadang sulit dipertanggungjawabkan. Maka kalau anak nanya, buka buku hai ibu. Ajak anak menelusuri informasi sampai ke akarnya lewat buku.
Kebayang yaa skill ini tuh bakal kepake banget sampe mereka gede nanti. Misalnya pas ngerjain tugas akhir atau skripsi, itu kan segalanya harus ditelusuri ke akar-akarnya. Cari referensinya ke buku, kalo nemu di jurnal ya telusuri sampai penulis pertamanya. Sampe sini setuju?
Nah, balik ke popcorn brain tadi, ternyata di Bandung ada RSJ yang pasiennya meningkat banyak loh dan mereka adalah anak-anak kecanduan gadget. Duh patah hati aku dengernya. Buk, kita bisa mencegahnya sebelum terlambat!
Gadget memang tidak bisa dihindarkan, tapi bisa dikendalikan.
Gimana cara kendalikan gadget untuk anak preschooler?
- Beri batasan yang jelas. Kasih aturan sehari boleh lihat layar maksimal berapa menit, misal satu jam okee, sepakati bareng anak. Ajak anak ngobrol aturannya kaya gimana. Kasih tahu dengan jelas bahwa kita nonton atau lain-lainnya satu jam ya, karena begini begitu. Sebisa mungkin ajak ngobrol dan bikin seolah-olah usulan satu jam itu datang dari si anak ya bukan dari kita, biar mereka nggak ngerasa dipaksa.
- Pecah jadi beberapa bagian, misalnya 15 menit sekali duduk. Kasih alarm dan jelaskan arti alarm itu apa.
- Usahain anak nggak lihat kita refreshing pake gadget, susah sih bagian ini kuakui. Jangan buka instagram, main game, nonton, main facebook, di depan anak. Biarlah anak tahunya orang tuanya pegang gadget untuk kerja, dan ini perlu komunikasi. Aku udah mulai ini sejak Afiqa 2 tahunan, ketika aku pegang hape dan dia tanya, aku jawab "Ini kerjaan, Ibuk sedang kerja." Meski kadang kecolongan tapi Afiqa dan Zara udah tahu kalo aku pegang hape artinya aku kerja. Dan kerjaan aku adalah WhatsApp lol.
Ada Allah di Rumah Kami (AADRK)
Karena kemaren acaranya adalah grand launching produk baru, maka aku akan mengulas buku ini. Jadi Sygma memutuskan untuk rilis produk baru ini karena latar belakang penyelamatan akidah dan maraknya fenomena popcorn brain yang udah kujelasin di atas. Sepaket AADRK berisi sepuluh buku dan pelengkapnya, dan selain bentuknya buku biasa, AADRK ini digibook yang bisa dinikmati dalam format audiobook, videobook, interactive book, dan dilengkapi dengan dongeng OSD.
Ehh.. sebentaarr. OSD? Oki Setiana Dewi? Iyaa! OSD adalah penulis buku AADRK ini. Isi bukunya nggak jauh dari keseharian keluarganya yang juga banyak relate sama kehidupan keluarga masa kini. Format digibook ini baru sih buat banyak kalangan. Audiobook itu gampangnya kaya kita dengerin podcast, puter suaranya trus kita bisa pegang bukunya. Serasa ada yang dongenin deh :p
AADRK sengaja dibuat multi platforms untuk mengenalkan anak bahwa gadget bukan cuma buat nonton aja dan spesial didesain untuk anak umur 3 - 7 tahun, tapi juga bisa dipake dari newborn tentunya dibacain orang tuanya. Generasi anak kita yang masuk gen Z mau nggak mau sejak lahir udah kenal gadget, minimal begitu dia lahir kita langsung foto, iya kan? Mau nggak mau teknologi jadi teman, tapi kalo kebanyakan teman buruk alias nonton sampe hampir kecanduan kan bahaya juga. AADRK hadir sebagai solusi biar gadgetan nggak identik dengan nonton, tapi belajar penerapan asmaul husna dalam keseharian anak.
Jadi, Allah ada di rumah?
Judulnya jangan dimaknai letter like ya, bukan ada wujud Allah di dalam rumah kita tapi judul ini mengajak kita ngajarin anak bahwa pengawasan Allah ada di mana-mana, termasuk di rumah. Aku jadi inget salah satu potongan kisah Rasulullah SAW yang paling Afiqa suka, bagian hijrah ke Madinah dan sembunyi di dalam gua Tsur. Waktu itu beberapa orang Quraisy udah kedengeran mendekat, sampe mereka turun dari kudanya dan berdiri tepat di depan gua. Abu Bakar udah gemetar takut, lalu sang Kekasih Allah itu bilang ke Abu Bakar "Yaa Abu Bakar, jangan sedih, sesungguhnya Allah ada bersama kita."
Dari penjelasan dan unboxing video pas grand launching, aku menyimpulkan ada beberapa alasan kenapa AADRK ini cocok dan cakep banget buat anak-anak:
✅ ilustrasi bagus dan warnanya kontras dan cerah
✅ ujungnya tidak tajam, aman!
✅ covernya ada busa tipis yang tidak keras
✅ ada fitur flip-flap yang bagus untuk stimulasi motorik halus anak
✅ dilengkapi kartu permainan 99 asmaul husna yang cocok untuk family time dan menguatkan bonding orangtua-anak
✅ ada game interaktif
✅ ada audiobook (suara aja kaya podcast)
✅ ada video dongeng OSD yang bisa ditiru orangtua
Dengan AADRK, waktu luang keluarga nggak lagi nonton TV atau nonton YouTube rame-rame, taoi baca buku atau dengerin audiobooknya rame-rame 🖤
Terakhir nih.. pasti dari tadi udah bertanya-tanya dalam hati, harganya berapa sih buku ini, bener nggak?
Di launching ini AADRK didiskon 35%, bukunya indent ya jadi dikirim antara Juli - Agustus. Pengin? Atau mau kadoin temen rame-rame karena kadoin stroller juga bingung pandemi gini mau bawa bayi kemana, bisaa! Segera hubungi reseller buku Sygma kesayangan kamu yaa. Kalo nggak ada yang sayang, hubungi aku aja.